Masyarakat China Tak Percaya Jumlah Kematian Baru Akibat Covid-19 Hampir Mencapai 60.000 Orang
Masyarakat China mempertanyakan kebenaran mengenai jumlah kasus baru warga yang meninggal akibat Covid-19 hampir mencapai 60.000 orang.
Editor: Dewi Agustina
Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Masyarakat China mempertanyakan kebenaran mengenai jumlah kasus baru warga yang meninggal akibat Covid-19 yang disebut pemerintah China hampir mencapai 60.000 orang.
Seperti diketahui sebelumnya Otoritas Kesehatan China mengumumkan pada konferensi pers 14 Januari 2023 bahwa 59.938 orang terinfeksi virus corona dan meninggal di institusi medis dari tanggal 8 Desember 2022 hingga 12 Januari 2023.
Sebagian masyarakat mempertanyakan hal itu melalu unggahan mereka di sosial media Weibo.
Twitter versi China, "Weibo" telah memposting unggahan yang mempertanyakan pengumuman pihak berwenang pemerintah China tersebut.
Baca juga: Sebaran 389 Kasus Covid-19 per 14 Januari 2023: DKI Jakarta Tertinggi, Disusul Jabar dan Jateng
"Siapa yang percaya data ini, kerabat saya jelas meninggal karena virus corona, tetapi sertifikat kematian hanya ditulis bronkitis," demikian unggahan salah satu netizen.
"Hanya mereka yang dirawat di rumah sakit yang diumumkan, tetapi lebih banyak orang meninggal di rumah daripada rumah sakit," tulis unggahan lainnya.
"Kemarin saja keluarga saya sendiri 4 orang meninggal karena corona," tulis akun lain.
Sejak bulan lalu, pemerintah China telah mengatakan bahwa jika terinfeksi virus corona, jika seseorang meninggal karena penyakit yang mendasarinya, maka itu tidak akan dihitung sebagai kematian karena virus corona.
Dan menurut pengumuman sebelumnya, jumlah kematian selama periode yang sama hanya 38 orang.
Di media sosial, informasi telah dilaporkan bahwa banyak orang telah meninggal, seperti antrean panjang mobil di krematorium di berbagai tempat.
Baca juga: Kasus Covid di China sentuh angka 900 juta, menurut studi
Publik China mengkritik fakta bahwa jumlah kematian justru telah meningkat secara signifikan saat ini.
Sumber Tribunnews.com, seorang politisi senior Jepang juga menyatakan ketidakpercayaannya atas data China tersebut.
"Jangan pernah percaya akan data pemerintah China. Dari dulu juga tidak pernah ada yang benar. Selalu dipalsukan termasuk perkembangan perekonomiannya."
"Kini perekonomian China tampak sangat kesulitan sekali tetapi seolah perekonomian terus meningkat. Mereka poles dengan baik dan dipublikasikan luas supaya banyak orang percaya," ungkap sumber itu.
Sementara itu untuk info lengkap terkait beasiswa, upaya belajar bahasa Jepang yang lebih efektif serta belajar gratis di sekolah bahasa Jepang, silakan email: info@sekolah.biz dengan subject: Belajar bahasa Jepang