Tentara Asing Bakal Dilegalkan Ukraina, Akan Dimasukkan di Resimen Neo-Nazi Azov
Pasukan angkatan bersenjatanya mulai berkurang akibat perang dengan Rusia, Ukraina kini mulai merekrut sukarelawan asing untuk membela Kiev.
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM – Pasukan angkatan bersenjatanya mulai berkurang akibat perang dengan Rusia, Ukraina kini mulai merekrut sukarelawan asing untuk membela Kiev.
Bila sebelumnya pasukan tentara bayaran direkrut secara diam-diam, nantinya Kiev bakalan mengakui mereka sebagai rekrutan pembela Ukraina.
Kiev telah menyiapkan kesatuan kepada mereka untuk bergabung, yaitu Neo-Nazi Azov.
Baca juga: Perebutan Soledar, Ukraina Sebut Pertempuran Berlanjut saat Moskow Klaim Kuasai Kota Tambang Garam
Parlemen Ukraina pada hari Kamis mengeluarkan undang-undang baru yang memperluas tunjangan yang ditawarkan kepada orang asing yang mendaftar untuk bertugas di militer negara itu.
Dikutip dari Russia Today, sponsor RUU tersebut secara khusus memilih resimen Azov yang kontroversial sebagai penerima manfaat yang dituju dari tindakan tersebut.
Azov adalah semacam pasukan paramiliter terbentuk dari sekelompok sukarelawan sayap kanan yang pada tahun 2014 mengangkat senjata memberantas pasukan pemberontak Donbass yang ingin merdeka dari Kiev.
Unit tersebut dimasukkan ke dalam Garda Nasional, sebuah struktur yang terpisah dari tentara, pada bulan November tahun itu.
Undang-undang baru telah menambahkan kata-kata "dan unit militer lainnya" ke beberapa undang-undang yang sebelumnya hanya mencakup angkatan bersenjata utama Ukraina.
Pembenaran resmi dari RUU tersebut mengatakan bahwa ada banyak warga negara asing yang bertugas di Azov, tetapi kerangka hukum yang ada membuat kehadiran mereka di Ukraina ilegal dan tidak mengizinkan mereka untuk meminta kewarganegaraan Ukraina. Undang-undang baru dimaksudkan untuk mengubah itu.
Azov bisa dibilang adalah unit nasionalis Ukraina yang paling dikenal secara internasional. Sebelum konflik antara Moskow dan Kiev meningkat menjadi permusuhan terbuka Februari lalu, pejabat Barat dan media mengakui bahwa banyak anggota unit tersebut menganut ideologi bermasalah dan beberapa di antaranya adalah neo-Nazi.
Baca juga: Perebutan Soledar, Ukraina Sebut Pertempuran Berlanjut saat Moskow Klaim Kuasai Kota Tambang Garam
Sebuah paparan yang diterbitkan oleh majalah Time pada tahun 2021 menyebut Azov sebagai titik fokus dari "jaringan kelompok ekstremis yang membentang dari California melintasi Eropa hingga Selandia Baru".
Selama bertahun-tahun, mereka berhasil merekrut sekitar 17.000 pejuang asing dari 50 negara, klaim laporan tersebut, sebelum menjelaskan peran dominan yang dimainkan ekstremis Azov dalam gerakan tersebut.
Setelah Rusia mengerahkan pasukan ke Ukraina, Azov mengalami rebranding, membuang lencana resmi yang diilhami Nazi dan menyamar sebagai pahlawan perlawanan.
Baca juga: Sekutu Putin dan Pasukan Rusia yang Ditahan Ukraina Ditukar dengan 200 Tentara Batalion Azov
Beberapa institusi bergengsi AS, seperti Universitas Stanford, menyediakan platform bagi anggota grup.