Populasi China Turun Pertama Kali dalam 60 Tahun Terakhir
Hadapi krisis demografi, pemerintah China laporkan penurunan populasi pertama kali dalam 60 tahun terakhir.
Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: Daryono
TRIBUNNEWS.COM - China memasuki era pertumbuhan populasi negatif.
Terungkap bahwa penurunan bersejarah populasi Tiongkok dilaporkan untuk pertama kalinya sejak 1961.
Dikutip The Guardian, Beijing memiliki 1,41175 miliar orang pada akhir 2022 kemarin, sedangkan pada 2021, Biro Statistik Nasional mencatat China punya 1,41260 miliar penduduk.
Laporan Biro Statistik Nasional yang dibagikan pada Selasa (17/1/2023) menandai awal periode panjang penurunan populasi.
Tak tinggal diam, pemerintah tetap berupaya untuk membalikkan tren tersebut.
Berbicara menjelang rilis data, Wakil Ketua Komite Urusan Pertanian dan Pedesaan Kongres Rakyat Nasional, Cai Fang mengatakan populasi China mencapai puncaknya pada 2022.
Baca juga: Permohonan Sertifikasi Halal Luar Negeri Terbanyak Berasal dari China, Ini Penjelasan LPPOM MUI
"Para ahli di bidang kependudukan dan ekonomi memprediksikan bahwa pada 2022 atau paling lambat 2023, negara saya akan memasuki era pertumbuhan penduduk negatif," ucap Cai.
Pemerintah mendorong warganya memiliki lebih banyak anak
Katrina Yu dari Al Jazeera, melaporkan dari Beijing, mengatakan China telah mencoba banyak inisiatif untuk menghindari “krisis demografis”.
Di antara termasuk mencabut kebijakan satu anak dan meningkatkan cuti orang tua serta subsidi.
Namun, upaya tersebut tampaknya tidak berhasil.
“Jika kita mempelajari lebih jauh angka tersebut, dikatakan bahwa angka kelahiran China adalah 6,77 kelahiran per 1.000 orang dan angka kematiannya telah naik ke level tertinggi yang pernah ada,” katanya.
Baca juga: Hasil India Open 2023: Chico Aura Kalah Dramatis dari Wakil China, Luka di Malaysia Terulang Kembali
Cai mengatakan kebijakan sosial China perlu disesuaikan, termasuk perawatan lansia dan pensiun, beban keuangan nasional yang akan memburuk di masa depan dan berdampak pada pertumbuhan ekonomi China.
(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)