Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Krisis Telur Dorong Warga Selandia Baru Pelihara Ayam Sendiri

Masyarakat di Selandia Baru mulai membeli ayam secara online, sehingga mereka dapat mengamankan persediaan bahan pokok dapur mereka.

Penulis: Nur Febriana Trinugraheni
Editor: Seno Tri Sulistiyono
zoom-in Krisis Telur Dorong Warga Selandia Baru Pelihara Ayam Sendiri
Tribunnews/JEPRIMA
Ilustrasi. Semua orang di Selandia Baru berlomba-lomba membeli ayam agar bisa mendapatkan pasokan telur. 

Trade Me juga mendesak pelanggan di situsnya untuk memikirkan terlebih dahulu dampak dan risiko sebelum melakukan pembelian apa pun.

“Penting bagi anggota kami untuk menyadari tanggung jawab yang datang dengan memiliki ayam, dan mempersiapkan diri dengan baik untuk merawat mereka,” kata Silvester dalam sebuah pernyataan.

Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC), siapa pun yang berencana memiliki kandang ayam di rumah, mereka harus berhati-hati saat menangani hewan dan telurnya terutama karena risiko bakteri yang terkait dengan salmonella.

Baca juga: Harga Terbaru Telur Ayam di Wilayah Indonesia Hari Ini, 7 Januari 2023

Kekurangan telur di Selandia Baru telah dikaitkan dengan perubahan yang telah lama diantisipasi dalam undang-undang pertanian, yang mulai berlaku pada 1 Januari tahun ini.

Undang-undang tersebut melarang produksi telur dari ayam yang disimpan di konvensional atau "kandang baterai", yang biasanya memiliki ruang logam sempit yang tidak memberikan kesejahteraan yang memadai untuk ayam, menurut SPCA.

Itu sebabnya pada 2012, pemerintah Selandia Baru mengumumkan pelarangan kandang baterai.

Namun "masa transisi 10 tahun dari kandang konvensional diperkenalkan, untuk memberi waktu bagi produsen telur untuk mengubah praktik peternakan", ujar perwakilan Kementerian Industri Primer Selandia Baru, Peter Hyde.

Berita Rekomendasi

 “Produsen telur memiliki opsi untuk pindah ke kandang koloni, lumbung, dan sistem kandang bebas,” tambah Hyde.

Hyde mengatakan, selama 18 bulan terakhir, kementerian telah “berhubungan secara teratur dengan operator, dan mengunjungi peternakan yang perlu transisi".

Baca juga: Antisipasi Krisis Pangan, Wapres Minta Pemanfaatan Lahan untuk Pengembangan Jagung

Meski dengan waktu tenggang yang lama, larangan tersebut telah menyebabkan gangguan pasokan, menurut keterangan dari beberapa pelaku bisnis.

Jaringan supermarket Selandia Baru, Foodstuffs, baru-baru ini memberlakukan batasan sementara pada berapa banyak telur yang dapat dibeli setiap pelanggan.

"Ini adalah perubahan signifikan bagi industri pasokan telur. Kami bekerja sama dengan pemasok telur untuk meningkatkan penawaran kami pada jenis telur lainnya," kata kepala humas perusahaan, Emma Wooster.

Jaringan supermarket lainnya, Countdown, mengatakan meskipun saat ini tidak memberikan batasan penjualan telur, perusahaan akan mendorong pelanggan untuk "hanya membeli apa yang mereka butuhkan" untuk memastikan pasokan yang cukup untuk semua orang.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas