Amerika Serikat Sertakan Rudal Jarak Jauh dalam Paket Bantuan Militer Terbaru untuk Ukraina
Amerika Serikat mengatakan paket bantuan terbaru senilai 2 miliar dolar AS untuk Ukraina salah satunya akan mencakup sebuah rudal jarak jauh.
Penulis: Mikael Dafit Adi Prasetyo
Editor: Sanusi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Mikael Dafit Adi Prasetyo
TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON – Departemen Pertahanan Amerika Serikat mengatakan paket bantuan terbaru senilai 2 miliar dolar AS untuk Ukraina salah satunya akan mencakup sebuah rudal jarak jauh.
Dikutip dari Reuters, rudal jarak jauh tersebut yakni Ground Launched Small Diameter Bomb (GLSDB) atau bom berdiameter kecil yang diluncurkan dari darat, yang akan memungkinkan militer Ukraina mencapai target lebih dari dua kali jarak yang dapat dijangkau oleh Sistem Artileri Roket Mobilitas Tinggi (HIMARS).
“Kami akan menyertakan GLSDB dalam paket bantuan militer ke Ukraina, yang sebagian dananya berasal dari Inisiatif Bantuan Keamanan Ukraina (USAI),” kata Brigadir Jenderal Patrick Ryder dalam jumpa pers di gedung Pentagon, jumat (3/2/2023).
Baca juga: Donald Trump Mengaku Tahu Cara Hentikan Perang Rusia-Ukraina dalam 24 Jam, tapi Enggan Mengatakannya
Seperti diberitakan sebelumnya, pemerintahan presiden AS Joe Biden telah menolak permintaan Ukraina atas rudal ATACMS dengan jangkauan 297 km.
Tak hanya itu, Amerika Serikat juga menolak untuk mengirimkan pesawat tempur F-16 yang telah diminta oleh Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky.
Dalam pidatonya beberapa waktu lalu, Zelensky mengatakan Kyiv membutuhkan senjata baru dan pengiriman yang lebih cepat untuk menghadapi serangan dari pasukan Rusia di wilayah Donetsk timur.
"Situasinya sangat sulit. Bakhmut, Vuhledar, dan sektor lain di wilayah Donetsk mendapat serangan terus menerus dari pasukan Rusia. Ada upaya berkelanjutan dari mereka untuk menembus pertahanan kami," kata Zelenskiy.
Baca juga: Populer Internasional: Balon Mata-mata China di AS - PM Israel Tawarkan Jadi Mediator Rusia-Ukraina
"Rusia ingin perang berlarut-larut dan menghabiskan pasukan kita. Jadi kita harus menyediakan waktu untuk senjata kita. Kita harus mempercepat peristiwa, mempercepat pasokan, dan membuka opsi senjata baru untuk Ukraina,” imbuhnya.
Di saat yang bersamaan, kanselir Jerman Olaf Scholz mengatakan pihaknya tidak berencana untuk mengirimkan jet tempur ke Ukraina.
“Saya hanya bisa menyarankan agar tidak terlibat dalam perang penawaran terus-menerus dalam hal sistem senjata,” kata Scholz dalam sebuah wawancara dengan surat kabar Tagesspiegel, Minggu (29/1/2023).
Di sisi lain, Scholz juga telah memperingatkan agar tidak meningkatkan "risiko eskalasi", dengan Moskow sudah mengecam keras pengiriman tank Leopard 2.
“Tidak ada perang antara NATO dan Rusia. Kami tidak akan membiarkan eskalasi seperti itu,” pungkas Scholz.