Inilah Empat Kisah Mengharukan dari Bencana Gempa di Turki & Suriah, Lengkap Berikut Video-videonya
Berikut ini kami coba rangkumkan empat kisah mengharukan dari bencana gempa bumi di Turki dan Suriah.
Editor: Malvyandie Haryadi
TRIBUNNEWS.COM, ANKARA - Gempa di Turki yang terjadi pada Senin (6/2/2023) pagi waktu setempat menyisakan banyak cerita dramatis dan mengharukan.
Angka korban yang meninggal dunia telah mencapai lebih dari tiga ribuan orang.
Berikut ini kami coba rangkumkan empat kisah mengharukan dari bencana gempa bumi di Turki dan Suriah.
1. Seorang Ayah Genggam Tangan Putrinya yang Tewas Tertimbun Reruntuhan Gempa Turki
Total nyawa yang hilang akibat gempa yang melanda dua negara sejauh ini menembus lebih dari 8 ribu orang.
Dari foto-foto dan video menunjukkan tim penyelamat terus menggali puing-puing blok apartemen yang runtuh akibat gempa.
Warga menggunakan alat seadanya meskipun hanya dengan menggunakan tangan mereka tanpa bantuan alat berat.
Baca juga: Disebut Jadi Salah Satu Gempa Bumi Mematikan di Dunia, Begini Penjelasan BMKG Terkait Gempa di Turki
Di Provinsi Kahramanmaras Turki, yang menjadi titik episentrum gempa, warga terus bahu membahu memberikan bantuan kepada korban gempa.
Dikutip dari laman The Guardian, Rabu (8/2/2023) di provinsi itu, seorang ayah tampak memegang tangan putrinya yang masih remaja saat tim penyelamat dan warga sipil berupaya membantu menyingkirkan puing bangunan yang menimbunnya pada Senin lalu.
Pria bernama Mesut Hancer itu duduk membungkuk di antara puing-puing.
Dia tampak memegangi Irmak yang berusia 15 tahun saat putrinya itu berbaring di tempat tidurnya diantara lempengan beton, jendela yang pecah dan pecahan batu bata yang dulunya adalah bangunan apartemen.
Apartemen itu ikut ambruk akibat gempa.
Di dekat sang ayah dan putrinya itu, terdapat seorang pria yang membawa palu godam mencoba untuk menerobos reruntuhan.
Seperti diketahui, episentrum gempa pertama adalah distrik Pazarcık di Kahramanmaraş, yang terletak di tenggara Turki.
Gempa awal berkekuatan M 7,8 yang diikuti gempa susulan beberapa jam kemudian yang berkekuatan M 7,7.
Di tempat lain di provinsi Kahramanmaraş tampak tim penyelamat mengevakuasi dua anak yang selamat dari reruntuhan.
Satu dibaringkan di atas tandu yang diletakkan di tanah bersalju.
Tim penyelamat pun mencoba menenangkan suara kerumunan orang yang mencoba membantu sehingga mereka dapat mendengar suara korban yang masih hidup dan menemukan mereka.
Di sisi lain perbatasan, The Associated Press menggambarkan seorang pria Suriah yang menggendong seorang gadis yang meninggal di lengannya saat ia berjalan menjauh dari puing-puing bangunan dua lantai yang runtuh.
Ia dan seorang wanita meletakkan gadis itu di lantai menggunakan penutup untuk melindunginya dari hujan, kemudian membungkusnya dengan selimut besar sebelum melihat kembali ke gedung.
Menurut AFP, bayi yang baru lahir juga dievakuasi dalam kondisi hidup dari puing-puing sebuah rumah di Suriah utara setelah kerabat menemukannya masih terikat tali pusar ke ibunya yang meninggal dalam gempa pada Senin lalu.
Mirisnya, upaya penyelamatan terhambat oleh ratusan gempa susulan yang terus berlanjut, cuaca musim dingin yang membekukan dan kerusakan yang terjadi pada jalan masuk serta keluar dari daerah yang terdampak.
2. Bayi Ditemukan Selamat dengan Tali Pusar Masih Tersambung pada Jasad Ibunya
Kisah keajaiban terjadi pada seorang bayi perempuan yang ditemukan selamat saat evakuasi gempa di Suriah, Senin (6/2/2023).
Bayi itu itu diduga baru lahir beberapa menit setelah ditemukan di bawah reruntuhan bangunan.
Proser evakuasi bayi itu sempat diabadikan dalam sebuah rekaman video hingga beredar di media sosial.
Dalam video itu tampak seorang penyelamat di Jenderas bergegas mengamankan bayi itu dari reruntuhan bangunan dan alat berat di sekitarnya, dilansir Daily Mail.
Bahkan, bayi tersebut ditemukan dalam keadaan tali pusar yang masih tersambung dengan ibunya.
Tragisnya, sang ibu ditemukan meninggal sesaat setelah melahirkan di bawah puing-puing bangunan.
Pria lain kemudian mengejar ke penyelamat bayi dengan selimut hijau yang lusuh agar bayi tersebut tetap hidup dan hangat di suhu di bawah nol derajat saat itu.
Sementara, kerumunan lain tampak heran saat menyaksikan keajaiban dan tragedi yang terungkap saat proses evakuasi.
Bayi itu adalah satu-satunya yang selamat dari anggota keluarga terdekatnya.
Media lokal memberitakan, ibu hamil tersebut adalah pengungsi dari wilayah Deir Ezzor timur Suriah, yang menjadi daerah konflik peperangan.
Lebih lanjut, bayi itu dibawa untuk mendapatkan perawatan di kota terdekat Afrin, sementara anggota keluarga lainnya, ayahnya bernama Abdullah, ibunya bernama Afraa, empat saudara kandung dan satu orang bibi disemayamkan di rumah kerabat dan dimakamkan pada Selasa (7/2/2023).
Suwadi, kerabat bayi itu meratapi kepergian Abdullah dan Afraa.
"Kami mengungsi dari (kota timur yang dikuasai pemerintah) Deir Ezzor. Abdullah adalah sepupu saya dan saya menikah dengan saudara perempuannya," kata Suwadi, dikutip Tribunnews dari Daily Mail, Rabu (8/2/2023).
Rumah keluarga itu adalah salah satu dari sekitar 50 rumah di Jindayris yang rata dengan tanah akibat gempa, laporan dari seorang koresponden AFP.
Hani Maarouf, dokter Anak yang merawat bayi itu mengungkapkan kondisinya.
Bayi itu dirawat dalam inkubator rumah sakit di Afrin.
Tubuhnya penuh luka dengan perban melilit di tangan kiri dan selang infus yang terpasang.
Dahi dan jari-jarinya masih membiru karena kedinginan.
"Dia sekarang stabil. Dia memiliki beberapa memar dan luka di sekujur tubuhnya. Dia juga datang dengan hipotermia karena cuaca yang sangat dingin. Kami harus menghangatkannya dan memberikan kalsium," kata Maarouf.
3. Tertimpa Reruntuhan Selama 34 Jam, Wanita Korban Gempa Turki Berhasil Diselamatkan
Seorang wanita diselamatkan dari bawah reruntuhan di Turki tenggara pada Selasa (7/2/2023).
Wanita itu diselamatkan 34 jam setelah gempa bumi di wilayah tersebut membuat bangunannya menjadi puing-puing.
Dikutip Anadolu Agency, Fiiz Abar (35) diselamatkan dari sisa bangunan enam lantai di Gaziantep.
Gaziantep merupakan satu di antara provinsi yang dilanda gempa berkekuatan 7,7 dan 7,6 skala Richter.
"Mudah-mudahan, mereka yang tersisa juga bisa keluar," kata saudara laki-laki Abar kepada wartawan di tempat kejadian.
"Saya percaya kepada Allah, semoga Allah membantu tim penyelamatan," imbuhnya.
"Tim bekerja dengan hati dan jiwa mereka," ucapnya.
4. Rumah Tinggalnya Runtuh Seketika dan Seluruh Tetangganya Tewas
Kisah pilu soal musibah gempa bumi disampaikan Abdel Hamid, warga Desa Azmarin, Suriah dekat perbatasan Turki.
Abdel menjelaskan, saat gempa bermagnitudo 7,8 melanda wilayah itu pada Senin (6/2/2023) pagi waktu setempat, rumah tempat tinggalnya langsung runtuh.
Dirinya dan keluarga tinggal di gedung empat lantai.
Saat gempa terjadi Abdel Hamid mengaku ia dan keluarganya sedang tertidur lelap.
"Saya bangun dengan istri dan anak saya dan kami berlari ke pintu keluar. Kami membuka pintu, tiba-tiba seluruh gedung ambruk," kata Hamid kepada AFP via Daily Sabah.
Semua tetangga Abdul Hamid dalam gedung itu meninggal dunia.
Namun, keluarganya berhasil diselamatkan.
"Dinding (gedung) runtuh menimpa kami, tetapi anak saya berhasil keluar. Dia mulai berteriak dan orang-orang berdatangan, tahu ada yang selamat, dan mereka mengeluarkan kami dari reruntuhan," kata Hamid.
Mengalami cedera kepala, Hamid dibawa ke Rumah Sakit Al-Rahma di Kegubernuran Idlib, wilayah yang dikuasai pemberontak Suriah. Rumah sakit itu pun cepat kewalahan menampung pasien dan korban tewas.
Setelah gempa, rumah sakit itu menampung setidaknya 30 korban tewas. Banyak ambulans berdatangan ke rumah sakit membawa korban gempa, banyak di antaranya masih anak-anak.
Pada Senin (6/2) pagi hari, sekitar 150 korban luka akibat gempa memadati Rumah Sakit Al-Rahma.
"Situasinya buruk. Banyak orang masih terjebak di reruntuhan bangunan," kata Majid Ibrahim, ahli bedah umum di rumah sakit tersebut.