Majalah Charlie Hebdo Dikecam karena Tampilkan Kartun Sindiran Gempa di Turki dan Suriah
Kartun yang dibuat oleh seniman Pierrick Juin menunjukkan bangunan yang hampir runtuh dengan tulisan: “Tidak perlu mengirim tank”.
Penulis: Nur Febriana Trinugraheni
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews, Nur Febriana Trinugraheni
TRIBUNNEWS.COM, PARIS - Majalah satir Prancis Charlie Hebdo memicu kemarahan setelah menerbitkan kartun yang menyoroti gempa besar yang menewaskan ribuan orang di Turki dan Suriah.
Dikutip dari Al Jazeera, kartun yang dibuat oleh seniman Pierrick Juin menunjukkan bangunan yang hampir runtuh di tengah tumpukan puing-puing dengan tulisan: “Tidak perlu mengirim tank”.
Pengguna media sosial mengatakan kartun tersebut mengolok-olok tragedi yang berdampak pada jutaan orang di Turki dan Suriah, dan menyebut kartun itu "menjijikkan", "memalukan", dan mirip dengan "ujaran kebencian".
Seorang wanita bernama Sara Assaf menanggapi kartun itu dengan mengatakan dia menarik dukungannya untuk majalah tersebut.
“Je ne suis plus Charlie” (Saya bukan lagi Charlie), tulisnya, mengacu pada slogan “Je suis Charlie” (Saya Charlie) yang diadopsi oleh pendukung majalah tersebut setelah serangan 7 Januari 2015 di kantor Charlie Hepdo.
Saat itu, dua bersaudara yang mengaku berafiliasi dengan al-Qaeda melepaskan tembakan ke markas Charlie Hepdo di Paris, menewaskan 12 orang sebagai pembalasan atas penggambaran kartun Nabi Muhammad SAW.
Serangan itu memicu seruan solidaritas global kepada Prancis serta perdebatan mengenai kebebasan berbicara.
“Kami bersamamu selama rasa sakitmu. Apa yang kita alami sekarang adalah bencana bagi umat manusia!” kata seorang pengguna di media sosial, sebelum menyimpulkan, “Tidak, ini bukan humor."
Baca juga: Bayi 1 Tahun Jadi Korban Gempa Dahsyat di Turki, Total 2 WNI yang Meninggal Dunia
Cendekiawan Muslim Amerika Omar Suleiman berkata, “Mengejek kematian ribuan Muslim adalah puncak dari bagaimana Prancis telah merendahkan kita dalam segala hal.”
Beberapa pengguna di media sosial mengingatkan bagaimana warga Turki telah mengumpulkan dukungan setelah serangan pada 2015, bersatu di belakang kampanye "Je suis Charlie", namun dibalas dengan apa yang dianggap banyak orang sebagai cemoohan.
Analis politik Öznur Küçüker Sirene dalam salah satu tweet-nya mengatakan, “Bahkan orang Turki adalah 'Charlie Hebdo' untuk berbagi kesedihan Anda dan hari ini Anda berani mengejek penderitaan seluruh rakyat.
Baca juga: Pasca Diguncang Gempa, Irak Kembali Pasok Cadangan Minyak ke Turki
Seseorang harus benar-benar berani melakukan ini sementara masih ada bayi yang menunggu untuk diselamatkan di bawah reruntuhan.”
Seorang pengguna di media sosial bahkan mengatakan “satu-satunya sumber pendapatan untuk surat kabar ini adalah Islamofobia.”
Komik strip itu bahkan mendapat balasan dari juru bicara kepresidenan Turki, Ibrahim Kalin. “Orang barbar modern!" tulis Kalin dalam tweet-nya.
Namun, beberapa pendukung Charlie Hebdo berusaha membela komik tersebut, menyebutnya sebagai “sindiran” dan “membutuhkan konteks”.