30 Negara Serukan Larangan Atlet Rusia dan Belarus Ikut Tanding di Turnamen Internasional
Inggris, Kanada dan sebagian besar negara Eropa meminta IOC melarang atlet Rusia dan Belarusia tampil di turnamen olahraga internasional,
Penulis: Nur Febriana Trinugraheni
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews, Nur Febriana Trinugraheni
TRIBUNNEWS.COM, NEW YORK - Amerika Serikat dan lebih dari 30 negara lainnya mendukung usulan yang melarang atlet Rusia dan Belarus berkompetisi di turnamen olahraga internasional.
Inggris, Kanada dan sebagian besar negara Eropa meminta Komite Olimpiade Internasional (IOC) melarang atlet Rusia dan Belarusia tampil di turnamen olahraga internasional, menurut pernyataan bersama yang diterbitkan di situs web pemerintah Inggris pada Senin (20/2/2023).
Melansir dari CNN, IOC pada bulan lalu memutuskan untuk memberikan status "atlet netral" bagi atlet Rusia dan Belarusia untuk berpartisipasi dalam Olimpiade Paris pada tahun depan.
Namun, pernyataan di situs web pemerintah Inggris mengatakan "tidak ada alasan praktis untuk menjauh dari rezim pengucilan atlet Rusia dan Belarusia."
Berdasarkan rekomendasi sebelumnya dari IOC, atlet Rusia dan Belarusia saat ini dilarang berkompetisi oleh banyak federasi olahraga menyusul invasi Rusia ke Ukraina dan bantuan Belarusia dalam serangan tersebut.
"Di Rusia dan Belarusia, olahraga dan politik saling terkait erat," kata pernyataan bersama itu.
“Kami memiliki keprihatinan yang kuat tentang seberapa layak bagi atlet Olimpiade Rusia dan Belarusia untuk bersaing sebagai 'netral' – di bawah kondisi IOC yang tidak memiliki identifikasi dengan negara mereka – ketika mereka didanai dan didukung secara langsung oleh negara mereka (tidak seperti, misalnya, pemain tenis profesional)," tambah pernyataan itu.
Pernyataan tersebut ditandatangani oleh menteri olahraga dan budaya dari AS, Kanada, Inggris, Austria, Belgia, Kroasia, Republik Ceko, Denmark, Estonia, Finlandia, Prancis, Jerman, Yunani, Islandia, Irlandia, Italia, Jepang, Korea Selatan, Latvia , Liechtenstein, Lituania, Luksemburg, Malta, Belanda, Selandia Baru, Norwegia, Polandia, Portugal, Rumania, Slovakia, Slovenia, Spanyol, dan Swedia.
Baca juga: Presiden Xi Jinping Rencanakan Perjalanan ke Rusia
Dalam sebuah pernyataan yang dikirim IOC pada hari ini, Selasa (21/2/2023), pihaknya mengatakan, “kami menghargai pertanyaan konstruktif sehubungan dengan definisi netralitas atlet dengan paspor Rusia atau Belarusia, sambil mencatat bahwa masalah hak asasi manusia yang diungkapkan oleh dua pelapor khusus dari Dewan Hak Asasi Manusia PBB belum dibahas dalam pernyataan itu.”
Kantor komisi tinggi Hak Asasi Manusia memuji langkah IOC untuk mengizinkan atlet Rusia dan Belarusia berkompetisi sebagai atlet netral, dan mendesak untuk memastikan "non-diskriminasi atlet mana pun atas dasar kewarganegaraan mereka."
Baca juga: Ini Pesan Vladimir Putin ke Elite Rusia Jelang Satu Tahun Invasi ke Ukraina
Dalam pernyataan tanya jawab baru-baru ini yang diterbitkan di situs webnya, IOC mengatakan "tidak dapat berspekulasi" tentang apakah atlet Rusia dan Belarusia akan bertanding di Olimpiade Paris.
Niat IOC untuk menciptakan jalur bagi atlet Rusia dan Belarusia untuk kembali berkompetisi telah mengundang kritik, termasuk dari petenis Ukraina Elina Svitolina dan mantan juara tinju Wladimir Klitschko.
Staf presiden Ukraina Mykhaylo Podolyak bahkan menyebut IOC sebagai "promotor perang, pembunuhan, dan penghancuran" mengingat keputusannya pada bulan lalu, sebuah pernyataan yang ditolak IOC sebagai "pernyataan fitnah."