Janji Vladimir Putin di Peringatan Setahun Invasi: Rusia Akan Tingkatkan Stok Persenjataan Nuklir
Tak hanya meluncurkan serangan nuklir, pada kesempatan tersebut Putin juga mengungkap rencana Rusia yang akan meningkatkan produksi Rudal
Penulis: Namira Yunia Lestanti
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribunnews.com Namira Yunia Lestanti
TRIBUNNEWS.COM, MOSKOW - Presiden Vladimir Putin berjanji akan terus meningkatkan kekuatan tiad nuklir, menjelang peringatan satu tahun invasi Rusia ke Ukraina yang jatuh pada tanggal 24 Februari nanti.
"Seperti sebelumnya, kami akan meningkatkan perhatian untuk memperkuat triad nuklir," ujar Putin yang dikutip dari Reuters, Kamis (23/2/2023).
Dalam pidatonya Putin menjelaskan triad nuklir yang dimaksud ialah kekuatan militer yang terdiri rudal balistik antarbenua (ICBM) sebagai serangan yang berbasis di darat, rudal balistik yang diluncurkan oleh kapal selam (SLBM) sebagai serangan laut, serta serangan udara menggunakan pesawat rudal pembom strategis.
Baca juga: Pemerintah Inggris Cabut Lisensi Siaran Berita Russia Today
Tak hanya meluncurkan serangan nuklir, pada kesempatan tersebut Putin juga mengungkap rencana Rusia yang akan meningkatkan produksi massal sejumlah rudal hipersonik termasuk Kinzhal dan Zircon.
Serta sistem rudal balistik antarbenua Sarmat yang dikenal sebagai senjata kematian, lantaran dapat mengangkut sejumlah hulu ledak dalam satu perjalanan.
Ambisi tersebut belakangan lantang disuarakan Putin, setelah pimpinan tertinggi di Rusia ini mengumumkan langkah penangguhan partisipasi dalam perjanjian kontrol senjata nuklir New START.
Berdasarkan perjanjian itu, kedua negara sepakat membatasi jumlah kepemilikan hulu ledak nuklir dengan maksimal 1.550 unit guna menjamin keamanan global.
Namun tindakan AS dan para sekutunya yang terus memancing konfrontasi dengan mempersenjatai Ukraina, mendorong Rusia untuk menangguhkan perjanjian itu hingga batas waktu yang tak ditentukan.
Diplomat Rusia untuk PBB, Dmitry Polyanskiy bahkan menyebut AS dan para anggota Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) sebagai kompor perang, karena terus melanggar ‘garis merah’ dalam perang Ukraina.
Baca juga: Update Perang Rusia-Ukraina Hari ke-365: Pejabat Tinggi China Wang Yi Bertemu Vladimir Putin
Sebelum AS dan anggota NATO mengobarkan perang proxy dengan menyuplai ribuan arteri perang ke Ukraina, Kremlin telah berulang kali memperingatkan Barat untuk berhenti memprovokasi Rusia.
Akan tetapi peringatan tersebut tak kunjung dihiraukan Barat, alasan ini yang membuat Putin berambisi untuk membalaskan penghianatan yang dilakukan para sekutu NATO lewat produksi massal nuklir hingga rudal hipersonik, menjelang peringatan satu tahun negaranya menginvasi Ukraina.