Kremlin Sebut Rusia Terbuka Negosiasi Akhiri Perang Ukraina, tapi Tak Lepaskan Klaim atas 4 Wilayah
Rusia akan terbuka negosiasi untuk mengakhiri perang di Ukraina, tapi ada wilayah yang harus diserahkan.
Penulis: Nuryanti
Editor: Tiara Shelavie
TRIBUNNEWS.COM - Juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, mengatakan Rusia terbuka melakukan negosiasi untuk mengakhiri perang di Ukraina.
Namun, Dmitry Peskov menegaskan, realitas teritorial baru tidak dapat diabaikan.
Dmitry Peskov menyampaikan, Rusia tidak akan pernah melepaskan klaimnya atas empat wilayah Ukraina yang telah dianeksasi pada 2022 lalu.
“Ada realitas tertentu yang sudah menjadi faktor internal. Maksud saya wilayah baru."
"Konstitusi Federasi Rusia ada, dan tidak dapat diabaikan."
"Rusia tidak akan pernah bisa berkompromi dalam hal ini, ini adalah kenyataan penting,” tegas Dmitry Peskov, Selasa (28/2/2023), dilansir Al Jazeera.
Pada September 2022, Rusia menyatakan telah mencaplok wilayah Donetsk, Luhansk, Kherson, dan Zaporizhia.
Dmitry Peskov mengatakan, Rusia terbuka untuk negosiasi jika Kyiv menyerahkan wilayah tersebut.
Diberitakan TASS, Dmitry Peskov menyebut, Kanselir Jerman Olaf Scholz dan Presiden Prancis Emmanuel Macron akhir-akhir ini tidak memulai pembicaraan dengan Presiden Rusia Vladimir Putin.
"Kami telah mendengar banyak dari Scholz dan Macron yang berjanji untuk terus terlibat dengan Putin untuk mencari jalan keluar dari situasi tersebut, tetapi akhir-akhir ini tidak ada inisiatif," katanya, Selasa.
Sementara itu, Dmitry Peskov menegaskan, Vladimir Putin terbuka untuk komunikasi apa pun yang dapat membantu Rusia untuk mencapai tujuannya sendiri.
Baca juga: Presiden Rusia Vladimir Putin Beri Penghargaan Karya Kemanusiaan pada Steven Seagal
Putin Ingatkan Rusia Waspada Terhadap Pengkhianat
Di sisi lain, dalam pidatonya kepada badan keamanan FSB, Vladimir Putin mendesak warga Rusia untuk waspada terhadap pengkhianat di tengah-tengah mereka.
“Penting untuk mengidentifikasi dan menghentikan aktivitas ilegal dari mereka yang mencoba memecah belah dan melemahkan masyarakat kita; menggunakan separatisme, nasionalisme, neo-Nazisme, dan xenofobia sebagai senjata," ujarnya, Selasa, masih dilansir Al Jazeera.