Gubernur Lemhanas Andi Widjajanto: Rusia Secara Konsisten Lakukan Operasi Udara pada 2023
Dalam pemaparannya, Andi menjelaskan terkait peta operasi udara dan laut Rusia yang bersumber dari Naval News dan Washington Post.
Penulis: Gita Irawan
Editor: Malvyandie Haryadi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Gita Irawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Gubernur Lemhannas RI sekaligus Penasihat Senior Lab 45 Andi Widjajanto mengungkapkan sejumlah hal yang dapat dipelajari TNI dari operasi laut dan udara Rusia dalam perang Rusia-Ukraina.
Dalam pemaparannya, Andi menjelaskan terkait peta operasi udara dan laut Rusia yang bersumber dari Naval News dan Washington Post.
Dari sisi operasi udara Rusia, kata dia, pada peta tampak titik-titik serangan yang dilakukan baik menggunakan artileri, rudal, maupun senjata-senjata hipersonik yang tidak bisa ditangkal.
Peta tersebut, kata dia, di antaranya menunjukkan daya jangkau dari serangan artileri dan rudal.
Hal tersebut disampaikannya dalam Webinar bertajuk Setahun Perang Rusia-Ukraina: Pembelajaran bagi Operasi Udara dan Laut TNI di kanal Youtube LAB 45 dikutip Kamis (16/3/2023).
"Sementara peta yang terbawah itu dari Washington Post itu juga menunjukkan bagaimana kemudian di tahun 2023 Rusia secara konsisten hanya melakukan operasi-operasi udara terutama berkaitan di sisi timur Ukraina di empat region (wilayah) yang diklaim oleh Rusia sebagai bagian dari Rusia karena ada kelompok-kelompok pro Rusia di sana," kata Andi.
Baca juga: Gubernur Lemhannas Prediksi Perang Rusia dan Ukraina Tidak Akan Menjelma Menjadi Perang Total
Sementara itu, lanjut dia, operasi laut Rusia tidak terlalu signifikan hingga kira-kira November 2022.
"Lalu di Januari 2023 kita sudah bisa melihat kemungkinan-kemungkinan pergerakan Angkatan Laut Rusia yang nanti mengarah kepada pengepungan pelabuhan terbesar di Ukraina di Odesa," sambung dia.
Ia mengatakan perundingan-perundingan yang dilakukan oleh Rusia dengan PBB hari ini misalnya menyetujui tentang perpanjangan akses untuk komoditas pangan dari Ukraina ke dunia yang diberikan Rusia.
Perbedaannya, kata dia, akses yang selama ini diberikan sekitar 180 hari oleh Rusia, kali ini hanya diberikan akses untuk 60 hari, dan hal tersebut bisa diantisipasi.
"Dan akan ada pergerakan-pergerakan Angkatan Laut Rusia secara siginifikan di bulan-bulan ke depan untuk memastikan kendali dari maritim di seputaran Krimea betul-betul dilakukan oleh Rusia," sambung dia.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.