Rusia Keluarkan Ultimatum soal Kesepakatan Biji-bijian
Negara-negara Barat memiliki waktu dua bulan untuk mencabut sanksi terhadap ekspor pertanian Rusia.
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Endra Kurniawan
Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, NEW YORK - Negara-negara Barat memiliki waktu dua bulan untuk mencabut sanksi terhadap ekspor pertanian Rusia, jika mereka ingin mempertahankan kesepakatan biji-bijian dengan Ukraina.
Pernyataan ini disampaikan perwakilan tetap Rusia untuk Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB), Vassily Nebenzia pada Jumat lalu.
Berbicara di Dewan Keamanan (DK) PBB, Nebenzia menjelaskan bahwa saat Rusia telah setuju untuk memperpanjang skema membuka kunci ekspor pertanian melalui Laut Hitam, itu dapat berlanjut hanya jika negara-negara Barat mengatasi kekhawatiran yang disuarakan oleh Rusia.
Nebenzia ingat bahwa kesepakatan biji-bijian tidak hanya berusaha untuk mengamankan ekspor pertanian dari pelabuhan Laut Hitam Ukraina.
Namun juga dimaksudkan untuk mempromosikan pengiriman makanan dan pupuk Rusia ke pasar global.
Baca juga: Alasan Presiden Rusia Vladimir Putin Sulit Ditangkap meski ICC Rilis Surat Perintah
"Dalam hal ini, kesepakatan itu tidak dilaksanakan, tidak sedikit pun," kata Nebenzia.
Dikutip dari laman Russia Today, Minggu (19/3/2023), Rusia telah berulang kali menuntut agar Barat mencabut 'sanksi langsung dan tidak langsung' terhadap ekspor pertanian Rusia.
Termasuk pembatasan yang tidak hanya terkait dengan transfer barang itu sendiri, namun juga penyediaan layanan asuransi ke Rusia dan memasoknya menggunakan teknologi serta mesin pertanian yang relevan.
"Jika Amerika Serikat (AS), Uni Eropa (UE), dan Inggris benar-benar ingin ekspor makanan Ukraina berlanjut melalui koridor laut kemanusiaan untuk kepentingan mereka, mereka memiliki waktu dua bulan untuk membebaskan seluruh rantai operasi yang melayani ekspor pertanian Rusia dari sanksi, dengan bantuan PBB," tegas Nebenzia.
Ia juga menuduh bahwa kesepakatan biji-bijian berubah dari kemanusiaan menjadi komersial, dengan perusahaan pertanian Barat menjadi penerima manfaat utama karena memanfaatkan kenaikan harga pangan dan rantai pasokan makanan yang tidak stabil.
Baca juga: Pilot Jet Rusia Su-27 Dapat Penghargaan setelah Tabrak Drone AS MQ-9 Reaper di Laut Hitam
"Pada saat yang sama, negara-negara termiskin hanya menerima 3 persen pengiriman pertanian dalam kesepakatan biji-bijian. Langkah lebih lanjut dalam perjanjian akan bergantung pada kemajuan apa yang akan dicapai dalam menyelesaikan masalah yang kami tunjukkan," papar Nebenzia.
Pada Selasa lalu, Kementerian Luar Negeri Rusia mengumumkan bahwa Rusia setuju untuk memperbaharui kesepakatan biji-bijian, yang awalnya dicapai pada Juli 2022, selama 60 hari.
Sekretaris Pers Kremlin Dmitry Peskov pun menggambarkan langkah itu sebagai 'isyarat niat baik'.