Putin: Proposal Perdamaian China Bisa Akhiri Perang, Tapi Masalahnya Ada di Ukraina dan Pihak Barat
Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan proposal perdamaian China untuk Ukraina dapat digunakan sebagai dasar untuk mengakhiri perang.
Penulis: Nur Febriana Trinugraheni
Editor: Hendra Gunawan

Laporan Wartawan Tribunnews, Nur Febriana Trinugraheni
TRIBUNNEWS.COM, MOSKOW - Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan proposal perdamaian China untuk Ukraina dapat digunakan sebagai dasar untuk mengakhiri perang.
Namun, Putin menegaskan proposal tersebut hanya bisa diajukan jika pihak Barat dan Ukraina siap.
Melansir dari BBC, Putin bertemu dengan Pemimpin China Xi Jinping di Moskow untuk membahas konflik dan hubungan antar kedua negara pada Selasa (21/3/2023).
Baca juga: Update Perang Rusia-Ukraina Hari ke-389 Invasi: Amerika Percepat Kirim Tank Tempur M1 Abrams ke Kyiv
Proposal China, yang diterbitkan pada bulan lalu, tidak secara eksplisit meminta pasukan Rusia meninggalkan Ukraina.
Daftar 12 poin itu menyerukan pembicaraan damai dan menghormati kedaulatan nasional tanpa proposal khusus.
Namun, Ukraina bersikeras agar Rusia menarik diri dari wilayahnya sebagai syarat untuk melakukan pembicaraan, meski tampaknya tidak ada tanda-tanda Rusia siap melakukan hal itu.
Pihak berwenang yang didukung Moskow di Krimea, wilayah Ukraina yang dicaplok Rusia, mengatakan serangan yang dilakukan tiga pesawat tak berawak di Armada Laut Hitam di Teluk Sevastopol telah dipukul mundur tanpa merusak armada itu pada Rabu (22/3/2023).
Serangan tersebut terjadi menyusul ledakan di bagian lain Krimea pada Senin (20/3/2023), yang disebut Ukraina telah menghancurkan rudal Rusia yang diangkut dengan kereta api.
Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Antony Blinken, mengatakan pada Senin, dia menyerukan gencatan senjata sebelum Rusia mundur, sebuah langkah yang "akan secara efektif mendukung ratifikasi penaklukan Rusia".
Dalam konferensi pers bersama setelah pembicaraan dengan Xi berakhir, Putin mengatakan, "Banyak ketentuan rencana perdamaian China dapat diambil sebagai dasar penyelesaian konflik di Ukraina, kapan pun Barat dan Kyiv siap untuk itu."
Tapi Rusia belum melihat "kesiapan" seperti itu dari sisi keduanya, tambahnya.
Berdiri di samping pemimpin Rusia, Xi mengatakan pemerintahnya mendukung terciptanya perdamaian serta menyebut China berada di "sisi kanan sejarah".
Baca juga: Populer Internasional: PM Jepang Kunjungi Ukraina - Rudal Rusia Dilaporkan Hancur dalam Ledakan
Putin kembali mengklaim China memiliki "posisi yang tidak memihak" dalam konflik di Ukraina, sebuah pernyataan yang dianggap sebagai upaya untuk menjadikan Beijing sebagai pembuat perdamaian yang potensial.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.