Aksi Protes Soal Kebijakan Emmanuel Macron Diwarnai Kekerasan dan Penangkapan
Menteri Dalam Negeri Prancis Gerald Darmanin mengatakan pada Jumat pagi waktu setempat bahwa 457 orang ditangkap di seluruh negeri.
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Wahyu Aji
Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, PARIS - Menteri Dalam Negeri Prancis Gerald Darmanin mengatakan pada Jumat pagi waktu setempat bahwa 457 orang ditangkap di seluruh negeri.
Mayoritas ditangkap di Paris, di mana terjadi 903 aksi pembakaran di jalanan kota itu.
"Bentrokan tersebut menyebabkan 441 petugas polisi terluka," kata Darmanin.
Dikutip dari laman Russia Today, Jumat (24/3/2023), dilaporkan ada puluhan orang yang terluka di antara para pengunjuk rasa, termasuk seorang wanita yang kehilangan ibu jarinya di kota Rouen di Normandia.
Dalam responsnya yang disampaikan pada Kamis malam, Darmanin menegaskan bahwa kerusakan akibat kerusuhan kali ini lebih signifikan jika dibandingkan hari-hari sebelumnya.
Ia menyebut insiden di Bordeaux, di mana pintu masuk ke balai kota dibakar, dan Lorient, di mana kantor polisi menjadi sasaran amukan pengunjuk rasa.
Darmanin pun menyalahkan kekacauan ini akibat ulah sekitar 1.500 orang yang ia sebut sebagai preman.
"Seringkali ini yang ingin menjatuhkan negara dan membunuh petugas polisi. Orang-orang itu sudah diketahui penegak hukum," tegas Darmanin.
Pendapat berbeda justru disampaikan Wakil Sekretaris Jenderal Serikat CFDT, Marylise Leon menekankan bahwa 'tanggung jawab atas situasi yang eksplosif ini bukan terletak pada serikat pekerja, namun pada pemerintah'.
Baca juga: Lebih dari 1 Juta Orang di Prancis Protes Reformasi Pensiun Emmanuel Macron
"Kerusuhan itu adalah hasil dari kebohongan yang diungkapkan oleh Presiden dan sikap keras kepalanya yang tidak bisa dipahami," kata Leon.