Bill Clinton Ungkap Penyesalan atas Kesepakatan Rusia-Ukraina yang Buat Kyiv Serahkan Senjata Nuklir
Menurut Bill Clinton, Ukraina tidak akan diinvasi oleh Rusia jika masih memiliki persenjataan nuklir.
Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Arif Fajar Nasucha
TRIBUNNEWS.COM - Mantan Presiden AS Bill Clinton mengungkapkan penyesalan atas perannya dalam menekan Ukraina untuk menerima perjanjian perlucutan senjata nuklir selama masa kepresidenannya pada tahun 1994.
Bill Clinton berbicara kepada layanan berita Irlandia RTÉ pada hari Selasa (4/4/2023).
Clinton mengatakan dirinya merasakan "pertaruhan pribadi" dalam nasib Ukraina saat berjuang untuk menangkis invasi Rusia di bawah Vladimir Putin.
Menurutnya, Rusia tidak akan menginvasi Ukraina pada 2014 dan pada 2022 jika Kyiv masih dipersenjatai dengan senjata nuklir.
"Saya merasa dipertaruhkan secara pribadi karena saya membuat mereka [Ukraina] setuju untuk menyerahkan senjata nuklir mereka," kata Clinton.
"Dan tak satu pun dari mereka percaya bahwa Rusia akan melakukan aksi ini jika Ukraina masih memiliki senjata mereka."
Baca juga: Media Turki Sebut NATO Tidak Hanya Targetkan Rusia, Namun Juga Turki
Bill Clinton adalah presiden AS yang menjabat saat negosiasi berisiko tinggi pada tahun 1994.
Tujuan dari perjanjian tersebut adalah untuk menghapus senjata nuklir yang ditempatkan di Ukraina setelah jatuhnya Uni Soviet.
Pertemuan itu menghasilkan Pernyataan Trilateral, yang sebagian memperdagangkan senjata nuklir Ukraina untuk jaminan keamanan.
Ukraina akhirnya menyetujui perlucutan senjata dalam Memorandum Budapest akhir tahun itu.
Dalam perjanjian itu, Rusia juga harus menghormati perbatasan Ukraina dan hak Ukraina untuk memerintah sendiri.
Baca juga: Presiden Belarus Tuduh Polandia Rencanakan Invasi, Ancam akan Sebar Nuklir Strategis Rusia
Menurut Clinton, dirinya sekarang merasa picik, karena Rusia ternyata melanggar kesepakatan itu pada 2014 dengan merebut Krimea dan sekali lagi dalam invasi terbarunya tahun 2022.
"Saya tahu bahwa Presiden Putin tidak mendukung perjanjian yang dibuat Presiden Yeltsin untuk tidak pernah mencampuri batas wilayah Ukraina."
"Perjanjian itu dia buat karena dia ingin Ukraina menyerahkan senjata nuklir mereka," kata Clinton.