Konflik Perebutan Kekuasaan di Sudan Diwarnai Penjarahan Fasilitas Kesehatan
WHO mensinyalir terjadi penjarahan atas fasilitas kesehatan di tengah konflik perebutan kekuasaan yang saat ini terjadi di Sudan.
Penulis: Nur Febriana Trinugraheni
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews, Nur Febriana Trinugraheni
TRIBUNNEWS.COM, GENEVA - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mensinyalir terjadi penjarahan atas fasilitas kesehatan dan fasilitas-fasilitas lain di tengah konflik perebutan kekuasaan yang saat ini terjadi di Sudan.
Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus dalam sebuah webinar kesehatan global dari Jenewa, Selasa (18/4/2023) seperti dikutip Anadolu Agency, mengatakan, 270 orang telah terbunuh dalam pertempuran antara tentara dan kelompok paramiliter tersebut.
Sudan menghadapi pertempuran perebutan kekuasaan yang melibatkan Jenderal Abdel Fattah al-Burhan, komandan angkatan bersenjata, dengan Jenderal Mohamed Hamdan Dagalo, kepala Pasukan Pendukung Cepat (RSF), sebuah kelompok paramiliter.
Ghebreyesus menambahkan, di tengah pertempuran tersebut, ada "laporan-laporan yang mengkhawatirkan tentang beberapa fasilitas kesehatan yang dijarah dan yang lainnya digunakan untuk kepentingan militer".
Tedros meminta semua pihak yang terlibat dalam konflik Sudan untuk mematuhi kewajiban mereka di bawah hukum internasional, dan mencatat lebih dari 2.600 orang telah terluka dalam pertempuran tersebut.
Dia mengatakan pertempuran paling sengit terjadi di ibukota Sudan, Khartoum.
"Pergerakan telah dibatasi karena ketidakamanan, menciptakan tantangan bagi petugas kesehatan dan ambulans untuk mencapai fasilitas kesehatan dan membahayakan nyawa lebih lanjut," lapor Ghebreyesus.
Pekerja Program Pangan Dunia Tewas
Kepala WHO mengungkapkan tiga pekerja dari Program Pangan Dunia PBB (WFP) menjadi korban pertempuran yang meletus pada Sabtu (15/4/2023).
"Fasilitas kesehatan dan pekerja tidak boleh menjadi target, terutama dalam situasi seperti ini di mana ada ribuan warga sipil yang membutuhkan akses ke perawatan darurat," ujar kepala WHO.
Baca juga: Diplomatnya Diserang, AS Tegur Milisi RSF di Sudan
"Saya ingin menegaskan, semua pihak harus memastikan akses yang tidak terbatas dan aman ke fasilitas kesehatan bagi mereka yang terluka dan semua orang yang membutuhkan perawatan medis," sambungnya.
Tedros Ghebreyesus mengutuk pertempuran tersebut karena telah menimbulkan korban jiwa dan mengatakan bahwa pergerakan telah dibatasi di negara itu karena adanya ketidakamanan.
Baca juga: Militer Sudan Anggap Milisi RSF Upayakan Kudeta melalui Perang Saudara
Pembatasan tersebut telah menciptakan tantangan bagi petugas kesehatan dan ambulans untuk mencapai fasilitas kesehatan, sehingga membahayakan nyawa korban yang terluka atau pasien lainnya.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.