Buntut Sekte Sesat di Kenya, Polisi Temukan 47 Mayat Dikubur di Lahan Hutan
Buntut sekte sesat di Kenya, Polisi temukan 47 mayat yang dikubur di lahan hutan. Penggalian masih berlangsung di kota Malindi, Kenya.
Penulis: Yunita Rahmayanti
Editor: Tiara Shelavie
TRIBUNNEWS.COM - Polisi Kenya telah menggali 47 kuburan mayat di hutan Shakahola, dekat kota Malindi, Kenya.
Mayat-mayat itu diyakini merupakan pengikut sekte sesat yang rela mati kelaparan.
Polisi mengatakan penggalian sedang berlangsung sejak Sabtu (22/4/2023).
Tim pencari yang mengenakan pakaian terusan putih dan dilengkapi masker terus menggali di lokasi untuk mencari mayat lain.
Sejumlah jenazah sudah terbungkus terpal plastik putih.
"Hari ini kami telah menggali 26 jenazah lagi dan ini menjadikan jumlah jenazah dari tempat itu menjadi 47," kata Kepala Investigasi Kriminal Malindi, Charles Kamau, Minggu (23/4/2023), dikutip dari The Guardian.
Baca juga: Pecatur Pria Terancam Diskors karena Nyamar Jadi Wanita saat Tanding di Kenya
Pencarian terus berlanjut, tidak hanya untuk mayat tapi juga untuk orang-orang yang selamat dari kultus itu.
Polisi meluncurkan operasi mereka setelah mayat pertama ditemukan minggu lalu.
Polisi telah diberitahu, ada puluhan kuburan dangkal yang tersebar di pertanian Nthenge di hutan Shakahola dan penggalian dimulai pada Jumat (14/4/2023).
Pada Minggu (23/4/2023), 58 kuburan telah diidentifikasi.
Satu dari sekian kuburan diyakini berisi jenazah lima orang anggota keluarga, yaitu tiga anak dan orang tua mereka.
Selain itu, polisi juga menemukan15 anggota Gereja Kabar Baik Internasional yang kurus kering, dan diselamatkan pada minggu lalu, termasuk empat orang yang kemudian meninggal.
Menteri Dalam Negeri Kenya, Kithure Kindiki, mengatakan semua 800 hektar hutan telah ditutup dan dinyatakan sebagai TKP, dikutip dari BBC Internasional.
Baca juga: Pria Diduga Membawa Ajaran Sesat, Mengaku Nabi & Minta Tumbal, Diusir dari Donggala Pindah ke Palu
Pemimpin Sekte Bantah Lakukan Kesalahan
Pemimpin gereja sekte sesat, Paul Makenzie Nthenge telah ditahan dan menunggu sidang.
Polisi menangkapnya pada 15 April 2023 setelah menemukan mayat empat orang yang diduga mati kelaparan.
Nthenge telah membantah melakukan kesalahan.
"Ketika kita berada di hutan ini dan datang ke daerah di mana kita melihat sebuah salib besar dan tinggi, kita tahu itu berarti lebih dari lima orang dimakamkan di sana," kata Victor Kaudo dari Pusat Keadilan Sosial Malindi mengatakan kepada Citizen TV.
Nthenge diduga menyebutkan tiga desa Nazareth, Bethlehem dan Yudea.
Ia mengatakan telah membaptis pengikutnya di kolam sebelum menyuruh mereka berpuasa.
Nthenge bersikeras telah menutup gerejanya pada tahun 2019.
Nthenge diduga mengatakan kepada pengikutnya untuk membuat diri mereka kelaparan hingga meninggal dunia untuk 'bertemu Yesus'.
Harian Kenya, The Standard, mengatakan ahli patologi akan mengambil sampel DNA dan melakukan tes untuk menentukan apakah korban meninggal karena kelaparan.
Baca juga: Sekte Sesat JMS Masih Cari Jemaat Baru, Yuk, Simak Cara Agar Tidak Terpengaruh!
Nthenge Pernah Didakwa
Nthenge menyerahkan diri ke polisi dan didakwa bulan lalu, setelah dua anak mati kelaparan dikurung oleh orang tua mereka.
Mengutip sumber kepolisian, Nthenge menolak makan atau minum selama dalam tahanan polisi.
Dia telah dibebaskan dengan jaminan 100.000 shilling Kenya ($700), dikutip dari The Guardian.
Politisi lokal mendesak pengadilan untuk tidak membebaskannya, mengecam penyebaran aliran sesat di daerah Malindi.
Laporan media mengatakan polisi telah menangkap enam pengikut Nthenge lainnya.
Salah satu anggota gereja yang ditemukan oleh pihak berwenang menolak untuk makan meskipun jelas-jelas mengalami tekanan fisik.
Kenya adalah negara yang religius.
Sebelumnya, ada sejumlah kasus serupa tentang orang-orang yang dibujuk ke dalam gereja atau kultus yang berbahaya dan sesat.
(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)
Artikel lain terkait Sekte Sesat