57 Mayat Imigran Terdampar di Pantai Libya Usai 2 Kapal Tenggelam saat Menuju Eropa
57 mayat imigran terdampar di pantai Libya, setelah 2 kapal tenggelam saat menuju Eropa pada Selasa dini hari. Jumlah mayat ini kemungkinan bertambah.
Penulis: Yunita Rahmayanti
Editor: Nuryanti
TRIBUNNEWS.COM - Sebanyak 57 mayat terdampar di pantai barat Libya setelah dua kapal tenggelam di Laut Mediterania pada Selasa (25/4/2023).
Seorang petugas penjaga pantai dan seorang pekerja bantuan mengatakan mereka melihat lusinan mayat yang berada di beberapa titik.
Seorang korban selamat mengatakan ada sekitar 80 penumpang di sebuah kapal yang berangkat ke Eropa sekitar pukul 02.00 waktu setempat pada Selasa (25/4/2023).
"Sebelas mayat, termasuk seorang anak, ditemukan di lepas pantai Qarabulli di Tripoli timur," kata petugas penjaga pantai Fathi al-Zayani, dikutip dari Al Jazeera.
Para imigran ini berasal dari Pakistan, Suriah, Tunisia, dan Mesir.
Baca juga: Jumlah Imigran Melonjak, Italia Berlakukan Keadaan Darurat Imigrasi selama 6 Bulan
Seorang pekerja bantuan Bulan Sabit Merah di kota pesisir Sabratha, sebelah barat Tripoli, mengatakan pihak berwenang telah menemukan 46 mayat sejak sebuah kapal tenggelam di lepas pantai Libya lima hari lalu.
Korban terbaru mengikuti penemuan 11 mayat pada Senin (24/4/2023), yang diserahkan kepada pihak berwenang di Sabratha.
Gambar-gambar yang diposting online oleh lembaga Sabratha Red Crescent menunjukkan mayat dalam tas hitam ditempatkan di bagian belakang truk pick-up oleh pekerja bantuan yang mengenakan masker wajah dan sarung tangan.
Pekerja bantuan mengatakan lebih banyak mayat diperkirakan akan terdampar dalam beberapa hari mendatang.
Baca juga: 440 Imigran Terjebak di Tengah Laut Mediterania, LSM Italia Lakukan Evakuasi
Imigran Tunisia
Selain Libya, Tunisia menjadi tempat populer para imigran untuk berangkat ke Eropa melalui jalur laut.
Di Tunisia, ada lebih dari 70 mayat imigran yang tenggelam pada Sabtu (22/4/2023).
Penjaga pantai di Tunisia telah mengevakuasi puluhan mayat hingga memenuhi kamar mayat.
Pejabat pengadilan Tunisia, Faouzi Masmoudi, mengatakan situasinya menjadi parah sehingga menimbulkan risiko kesehatan masyarakat, dikutip dari TVP World.