Kepala Wagner Bantah Hubungan dengan Kementerian Pertahanan Rusia Sudah Membaik
Bos perusahaan militer swasta Rusia (PMC) Wagner, Yevgeny Prigozhin membantah bahwa hubungannya dengan Kementerian Pertahanan Rusia telah membaik
Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: Wahyu Gilang Putranto
TRIBUNNEWS.COM - Bos perusahaan militer swasta Rusia (PMC) Wagner, Yevgeny Prigozhin membantah bahwa hubungannya dengan Kementerian Pertahanan Rusia telah membaik.
Institute for the Study of War (ISW) - sebuah wadah pemikir yang berbasis di Washington menyebut hubungan antara kedua pihak telah "diperbaiki".
“ISW telah mengamati peningkatan mendadak dalam hubungan Prigozhin dengan Kementerian Pertahanan Rusia (Kementerian Pertahanan) dan Kremlin sejak awal April,” kata ISW dalam laporannya pada 22 April.
“Kementerian Pertahanan Rusia, misalnya, mulai secara langsung mengakui pasukan Wagner dalam laporan situasi hariannya dan memberi Wagner amunisi dan memobilisasi personel sebagai bala bantuan pada awal April 2023.”
Namun saat ditanya tentang laporan tersebut, Prigozhin menyebutnya sebagai “berita palsu”.
Baca juga: Inggris Sebut Depleted Uranium Telah Sampai Ukraina, Rusia Kebakaran Jenggot
“Berita bohong banyak ditanam, dan ini salah satunya,” ujarnya dalam kanal Telegram resminya.
Sebuah laporan intelijen militer Ukraina yang diperoleh CNN merinci taktik tanpa belas kasihan yang digunakan oleh Wagner.
Laporan tersebut tertanggal Desember 2022.
Melalui laporan itu disimpulkan bahwa “kematian ribuan tentara Wagner tidak penting bagi masyarakat Rusia.”
Pada bulan Januari, Andrei Medvedev (26) seorang mantan tentara bayaran Wagner mengatakan kebrutalan yang dia saksikan di Ukraina.
Dalam wawancara eksklusif dengan CNN, dia mengaku alasan tersebut yang mendorongnya untuk membelot.
Baca juga: Update Perang Rusia vs Ukraina Hari ke-427: Kyiv Akui Ada di Balik Serangan Drone Teluk Sevastopol
Guardian melaporkan, Medvedev mencari suaka di Norwegia telah mengaku bersalah terlibat dalam perkelahian di luar bar Oslo dan membawa senapan angin di depan umum dan mengatakan dia merasa "sangat malu".
(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)