Kurangnya Bantuan Kedutaan AS di Sudan 'Bikin Frustasi' Pemilik Kewarganegaraan Ganda
Lebih dari 15.000 warga AS tinggal di Sudan, sebagian besar diyakini merupakan warga yang memiliki kewarganegaraan ganda.
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Dewi Agustina
Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, ASWAN - Saat pesawat tempur terbang di atas rumah Aamera Elamin di Khartoum, Sudan, ia pun tahu bahwa sudah waktunya dirinya untuk pergi.
Wanita berusia 40 tahun yang sebelumnya telah lama tinggal di Washington, Amerika Serikat (AS) dan turut memiliki kewarganegaraan negara itu pun mengaku sedih harus meninggalkan Sudan.
Padahal dirinya yang berprofesi sebagai seorang dokter, ingin mengabdikan diri pada tanah kelahirannya itu.
Untuk bisa dievakuasi, Elamin berharap Kedutaan Besar AS akan membantunya mengungsi.
Baca juga: Satu Bus Evakuasi Tahap Kedua WNI di Sudan Alami Kecelakaan, 3 Orang Luka-Luka
Namun yang terjadi justru sebaliknya, ia hanya menerima balasan pesan otomatis dari mereka.
"Itu membuat frustrasi," kata Elamin saat telah tiba di Aswan, Mesir.
Dikutip dari laman Al Jazeera, Kamis (27/4/2023), AS telah mengevakuasi para diplomatnya dari negara itu dan pada awalnya mengatakan tidak memiliki rencana untuk mengevakuasi warga Amerika karena kondisi di lapangan.
Perlu diketahui, lebih dari 15.000 warga AS tinggal di Sudan, sebagian besar diyakini merupakan warga yang memiliki kewarganegaraan ganda.
Namun pada Senin lalu, Gedung Putih mengatakan pihaknya membantu warga Amerika yang telantar dari jarak jauh, mengupayakan agar mereka terhubung dengan konvoi orang asing yang mencoba melintasi perbatasan Sudan.
Di sisi lain, sejumlah negara lain seperti China, Prancis dan Arab Saudi telah terlibat dalam evakuasi warga negara mereka pada minggu lalu.
Baca juga: Lab Biologi Berisi Sampel Virus di Sudan Dikuasai Pihak Bertikai, WHO Ingatkan Risiko Sangat Serius
Elamin mengatakan bahwa ia dapat memahami pertempuran tersebut telah menimbulkan komplikasi logistik yang berdampak pada sulitnya melakukan evakuasi.
Namun menurutnya, AS memiliki pengalaman mengevakuasi orang dari zona perang yang lebih besar seperti yang pernah terjadi di Afghanistan pada Agustus 2021.
Pada akhirnya, Elamin pun mengatur upaya evakuasinya sendiri, ia berusaha menyeberang ke Mesir menggunakan bus pada hari Minggu lalu bersama dengan anak-anaknya dalam perjalanan 48 jam yang 'luar biasa panjang' namun lancar untuk mencapai kota Aswan.
Elamin adalah orang pertama di antara keluarganya yang melarikan diri dan harus meninggalkan kerabat, termasuk saudara perempuan, bibi, paman serta semua anak mereka.
Karena banyak di antaranya bukan merupakan warga yang memiliki kewarganegaraan ganda dan tidak memiliki paspor yang sah.