Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Mahasiswa Indonesia di Sudan Trauma Dengar Ledakan Rudal

Ahmad mengatakan bertahan hidup dengan makanan secukupnya, dibantu pasokan logistik dari KBRI.

Editor: Erik S
zoom-in Mahasiswa Indonesia di Sudan Trauma Dengar Ledakan Rudal
Istimewa
Ahmad Hidayat (23), mahasiswa International University of Africa (IUA). 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ahmad Hidayat (23) seorang mahasiswa International University of Africa (IUA) mengaku masih sangat trauma mendengar suara bising ledakan rudal.

Pria asal Makassar itu lima hari bertahan di asrama kampusnya sampai tim KBRI Khartoum datang melakukan evakuasi.

Baca juga: Evakuasi Warganya, Pesawat Turki Diserang di Sudan

“Sepanjang hari 1x24 jam suara ledakan rudal itu terdengar, saya sampai sekarang masih trauma dengar suara kursi jatuh,” ucap Ahmad kepada Tribun Network, Jumat (28/4/2023).

Bersama istrinya, Ahmad mengatakan bertahan hidup dengan makanan secukupnya, dibantu pasokan logistik dari KBRI.

Makanan seadanya seperti mie instan dan air bersih sudah cukup untuk mengisi perutnya.

“Listrik padam, air mati, internet tidak ada. Kami hanya bisa menunggu sampai akhirnya dievakuasi menuju Port Sudan,” imbuhnya.

Ahmad juga bertahan hidup di asrama bersama WNI lainnya, mereka saling berbagi makanan.

BERITA TERKAIT

Di perjalanan menuju Port Sudan bukan tanpa hambatan.

Baca juga: BP2MI Tegaskan Pekerja Migran Indonesia di Sudan Berstatus Ilegal

Militer Sudan menghadang bus yang mengangkut para WNI, menanyakan tujuan.

“Kami tidak tahu pasti apa yang dibicarakan tim KBRI dengan militer selama perjalanan kurang lebih 20 jam dari Khartoum,” ungkap pria yang mengambil jurusan Study Islam (Dirosah Islamiyyah).

Namun pada akhirnya rombongan WNI tiba juga di Port Sudan di mana banyak warga negara lain yang menunggu diangkut ke negara lain.

Menurutnya, hanya Port Sudan wilayah yang betul-betul aman dari gencatan senjata antara pasukan bersenjata Sudan dan milisi RSF (Rapid Support Forces).

Ahmad kemudian berangkat lagi menuju Jeddah menggunakan jalur laut hampir 18 jam.

Dari Jeddah dirinya kemudian diterbangkan ke tanah air menggunakan Garuda Indonesia GA 991 bersama 385 WNI lainnya yang terdiri dari 248 perempuan dan 137 laki-laki serta di antara mereka terdapat 43 anak-anak.

Situasi Mencekam

Lutfiana, mahasiswi semester tujuh International University of Africa menggambarkan situasi di Sudan yang sangat mencekam.

Baca juga: Gelombang Ketiga Evakuasi, 110 WNI dari Sudan Tiba di Bandara King Abdullah Air Base

Wanita asal Semarang Jawa Tengah ini bahkan masih tidak percaya situasi perang bisa terjadi.

"Kami tinggal di asrama yang di mana di situ dekat dengan pusat militer dan penuh suara tembakan setiap harinya, penjarahan juga mulai terjadi setiap hari," tutur Lutfiana.

Dirinya bersyukur KBRI Khartoum segera mengevakuasi karena logistik makanan sudah terbatas.

Lutfiana mengatakan selama bertahan di asrama hanya mengonsumsi nasi dan indomie setiap harinya.

"Alhamdulillah kami merasa diistimewakan fasilitas dari Jeddah di pesawat dari yang sebelumnya sulit dapat makanan enak hingga mendapat makanan kami tercukupi," imbuhnya.

Pemulangan Bertahap

Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno Marsudi mengatakan 111 orang WNI masih berada di Kota Port Sudan.

Para WNI akan diterbangkan ke Jeddah dengan pesawat TNI AU pada Jumat (28/4/2023).

Baca juga: Kemensos Siapkan Rp 1,1 Miliar Rupiah untuk Kebutuhan WNI dari Sudan di Asrama Haji Pondok Gede

Retno kembali menjelaskan pemulangan evakuasi dari Sudan ke Indonesia akan dilakukan secara bertahap.

Menurut rencana, pemulangan ke Indonesia tahap kedua akan dilakukan 29 April, tiba di Indonesia 30 April.

Dan pemulangan tahap ketiga, sekaligus menutup seluruh proses evakuasi, akan dilakukan 30 April dengan menggunakan pesawat TNI AU.

"Per saat ini, tinggal 111 orang WNI yang masih berada di Kota Port Sudan. Hari ini mereka akan diterbangkan ke Jeddah dengan pesawat TNI AU," kata Retno.

Menlu RI mengatakan evakuasi kali ini dilakukan dengan menggunakan pola evakuasi secara estafet.

Dimulai evakuasi jalan darat dari Khartoum ke Port Sudan, kemudian dari Port Sudan ke Jeddah baik via laut maupun via udara, dan selanjutnya dipulangkan secara bertahap ke Indonesia.

Menurutnya, pola evakuasi ini dijalankan untuk merespon situasi lapangan yang sangat cair dan dinamis dan dengan tujuan untuk segera mengeluarkan WNI dari wilayah konflik yang berbahaya.

Baca juga: Pertempuran antara Tentara Sudan dan RSF Berlanjut, meski Sepakat Perpanjang Gencatan Senjata

"Alhamdulillah pola ini berjalan dengan lancar dan kita bahkan membantu beberapa WNA untuk ikut dalam evakuasi kita," ujar Retno.

Menlu berujar setiap proses evakuasi memiliki karakter yang berbeda.

Setiap proses evakuasi memiliki tantangan dan tingkat kesulitan yang berbeda, termasuk evakuasi WNI dari Sudan kali ini.

"Alhamdulillah, evakuasi dari Sudan kali ini dapat dilakukan dengan lancar. Dan itu hanya dapat kita lakukan karena kerja sama banyak pihak," ujarnya. (Tribun Network/Reynas Abdila)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas