Sudan Bersiap Hadapi Lebih Banyak Kekerasan Meski Ada Gencatan Senjata
Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) memperkirakan jumlah korban tewas diperkirakan jauh lebih tinggi dari yang dirilis pemerintah Sudan.
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Malvyandie Haryadi
Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, KHARTOUM - Angkatan Bersenjata Sudan dan paramiliter Pasukan Dukungan Cepat (RSF) mengatakan bahwa mereka akan memperpanjang gencatan senjata kemanusiaan selama 72 jam lagi.
Namun pertempuran terus berlanjut karena kedua belah pihak saling menuduh melakukan pelanggaran gencatan senjata.
"Setidaknya 528 orang tewas dan 4.599 terluka," kata Kementerian Kesehatan Sudan.
Sementara itu, Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) memperkirakan jumlah korban tewas diperkirakan jauh lebih tinggi.
Dikutip dari laman Al Jazeera, Senin (1/5/2023), Wakil Sekretaris Jenderal untuk Kemanusiaan sekaligus Koordinator Urusan dan Bantuan Darurat di PBB, Martin Griffiths mengatakan bahwa konflik yang dimulai pada 15 April lalu itu telah memperdalam krisis kemanusiaan di Sudan.
Baca juga: Kemenlu: Kantor KBRI Khartoum Sementara Pindah Kantor ke Port Sudan Sampai Situasi Kondusif
"Di negara di mana sepertiga penduduknya bergantung pada beberapa bentuk bantuan kemanusiaan sebelum pertempuran meletus," kata Griffiths.
Bahkan menurutnya, skala dan kecepatan dari dampak konflik yang terjadi di Sudan saat ini belum pernah terjadi sebelumnya.
"Kami sangat prihatin dengan dampak langsung maupun jangka panjang pada semua orang di Sudan dan wilayah yang lebih luas," tegas Griffiths.