CEO TUI Group: Penerbangan Murah Kurang dari 50 Euro Tidak akan Ada Lagi
CEO TUI Group mengatakan saat ini tidak akan ada lagi penerbangan murah kurang dari 50 euro.
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Dewi Agustina
Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, BERLIN - Perusahaan perjalanan multinasional Jerman TUI Group mengatakan bahwa tawar-menawar di menit-menit terakhir dan tarif penerbangan murah adalah sesuatu dari masa lalu.
Dalam sebuah wawancara dengan surat kabar Jerman Bild am Sonntag, CEO perusahaan itu, Sebastian Ebel menjelaskan harga bahan bakar yang tinggi, bersamaan dengan permintaan yang melebihi pasokan, membuat perjalanan liburan menjadi lebih mahal, terutama untuk perjalanan jarak jauh.
Baca juga: KTT ASEAN Ke-42 di Labuan Bajo, Bandara Komodo Layani Penerbangan Selama 24 Jam
"Pada tahun 2023 tidak akan ada 'musim panas menit terakhir' seperti dulu. Sebaliknya, sesaat sebelum keberangkatan, harga akan cenderung lebih tinggi bukan lebih rendah, karena pelaku bisnis perhotelan dan maskapai tahu bahwa masih banyak pemesanan dalam waktu singkat," jelas Ebel.
Menurutnya, tawar menawar spontan akan menjadi pengecualian mutlak, sedangkan booking lebih awal akan memberikan pilihan dan harga yang bagus.
"Penerbangan murah kurang dari 50 euro tidak akan ada lagi," kata Ebel.
Dikutip dari laman Russia Today, Selasa (9/5/2023), menurut data yang dirilis pada Maret lalu di Inggris, jumlah yang dihabiskan untuk liburan dan perjalanan maskapai masing-masing melonjak 19 persen dan 34 persen dari tahun lalu.
Musim panas lalu, harga bahan bakar jet melonjak lebih dari 175 dolar Amerika Serikat (AS) per barel di tengah krisis energi yang lebih luas yang dipicu oleh sanksi Barat terhadap Rusia sebagai pemasok energi utama.
Baca juga: Harga Minyak Dunia Anjlok Hingga 4 Persen dalam Lima Pekan
Sejak saat itu, biaya bahan bakar jet menurun sejalan dengan harga minyak mentah, namun masih tetap di atas rata-rata jangka panjangnya.
"Lalu lintas udara akan melonjak ke tingkat pra-pandemi di sebagian besar rute tahun ini, karena sebagian besar pembatasan perjalanan yang terkait dengan pandemi virus corona (Covid-19) telah dihapus secara global," papar Ebel.
Berkantor pusat di Hanover, Jerman, TUI Group merupakan salah satu perusahaan pariwisata terbesar di dunia yang mempekerjakan 60.000 orang dan menawarkan perjalanan ke 180 destinasi.