Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Miris, PBB Sebut Kemajuan Global Atasi Kematian Ibu dan Bayi Terhenti Sejak 2015

Laporan tersebut menunjukkan bahwa lebih dari 4,5 juta perempuan dan bayi meninggal setiap tahun selama masa kehamilan

Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Hendra Gunawan
zoom-in Miris, PBB Sebut Kemajuan Global Atasi Kematian Ibu dan Bayi Terhenti Sejak 2015
istimewa
Ilustrasi ibu dan anak 

Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari

TRIBUNNEWS.COM, NEW YORK - Kemajuan global dalam mengurangi kematian ibu hamil, ibu dan bayi telah menunjukkan garis datar selama delapan tahun, karena penurunan investasi dalam kesehatan ibu dan bayi baru lahir.

Hal ini menurut laporan baru dari Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) baru-baru ini.

Laporan tersebut menunjukkan bahwa lebih dari 4,5 juta perempuan dan bayi meninggal setiap tahun selama masa kehamilan, persalinan atau minggu pertama setelah kelahiran.

Baca juga: Sekjen PBB: Kami Gagal Hentikan Perang di Sudan, Gencatan Senjata Dilanggar  

Ini setara dengan 1 kematian yang terjadi setiap 7 detik, sebagian besar disebabkan oleh penyebab yang sebenarnya dapat dicegah atau diobati jika perawatan yang tepat tersedia.

"Ibu hamil dan bayi baru lahir terus meninggal dengan tingkat yang sangat tinggi di seluruh dunia, dan pandemi virus corona (Covid-19) telah menciptakan kemunduran lebih lanjut untuk menyediakan layanan kesehatan yang mereka butuhkan," kata Direktur Kesehatan Ibu, Bayi Baru Lahir, Anak dan Remaja serta Penuaan di Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Dr Anshu Banerjee.

Ia menjelaskan bahwa jika dunia ingin melihat hasil yang berbeda, maka tentunya harus melakukan sesuatu secara berbeda pula.

BERITA TERKAIT

"Investasi yang lebih banyak dan lebih cerdas dalam perawatan kesehatan primer saat ini diperlukan, sehingga setiap perempuan dan bayi di manapun mereka tinggal, memiliki peluang terbaik untuk kesehatan dan kelangsungan hidup," tegas Dr Banerjee.

Dikutip dari laman resmi WHO, Rabu (10/5/2023), secara keseluruhan, laporan tersebut menunjukkan bahwa kemajuan dalam peningkatan kelangsungan hidup mengalami stagnasi sejak 2015.

Sekitar 290.000 kematian ibu tercatat setiap tahun, 1,9 juta bayi lahir mati hingga 2,3 juta kematian bayi baru lahir.

Pandemi Covid-19, kemiskinan yang meningkat dan krisis kemanusiaan yang memburuk telah meningkatkan tekanan pada sistem kesehatan yang semakin ketat.

Sejak 2018, lebih dari tiga perempat dari semua negara yang terkena dampak konflik dan terletak di Afrika sub Sahara melaporkan penurunan pendanaan untuk kesehatan ibu dan bayi baru lahir.

Baca juga: PBB Sebut 258 Juta Orang Membutuhkan Bantuan Pangan Mendesak Pada 2022, Perang Rusia Jadi Penyebab

Hanya 1 dari 10 negara atau lebih dari 100 negara yang disurvey melaporkan memiliki dana yang cukup untuk melaksanakan rencana mereka saat ini.

Selain itu, menurut survey terbaru WHO tentang dampak pandemi terhadap layanan kesehatan esensial, sekitar seperempat negara masih melaporkan gangguan berkelanjutan terhadap kehamilan vital dan perawatan serta layanan pasca kelahiran untuk anak-anak yang sakit.

"Sejak pandemi Covid-19, bayi, anak-anak dan perempuan yang sudah terancam kesejahteraannya, terutama mereka yang tinggal di negara rapuh dan darurat tidak hanya menghadapi konsekuensi terberat dari penurunan pengeluaran saja, namun juga upaya penyediaan layanan kesehatan yang berkualitas dan mudah diakses," kata Direktur Kesehatan UNICEF Steven Lauwerier.

Kekurangan dana dan kurangnya investasi dalam perawatan kesehatan primer diklaim dapat merusak prospek kelangsungan hidup.

Saat prematuritas kini menjadi penyebab utama semua kematian balita secara global, kurang dari sepertiga negara melaporkan memiliki unit perawatan bayi baru lahir yang memadai untuk merawat bayi kecil dan sakit.

Baca juga: PBB: Konflik Sudan Picu Krisis Pengungsi

Sementara itu, sekitar dua pertiga dari fasilitas persalinan darurat di sub-Sahara Afrika dianggap tidak berfungsi penuh.

Ini mengindikasikan bahwa mereka kekurangan sumber daya penting seperti obat-obatan dan perlengkapan, air, listrik atau staf untuk perawatan 24 jam.

"Kematian perempuan atau gadis muda manapun selama kehamilan atau persalinan merupakan pelanggaran serius terhadap hak asasi mereka," kata Direktur Divisi Teknis di United Nations Population Fund (UNFPA) Dr Julitta Onabanjo.

Menurutnya, ini juga mencerminkan kebutuhan yang mendesak untuk meningkatkan akses ke layanan kesehatan seksual dan reproduksi berkualitas sebagai bagian dari cakupan kesehatan universal dan perawatan kesehatan primer.

Terutama di masyarakat di mana angka kematian ibu mengalami stagnasi atau bahkan meningkat selama beberapa tahun terakhir.

"Demi mengatasi kematian ibu dan bayi baru lahir, sangat penting bagi kita untuk menghilangkan faktor-faktor mendasar yang menimbulkan hasil kesehatan ibu yang buruk seperti ketidaksetaraan sosial ekonomi, diskriminasi, kemiskinan dan ketidakadilan," tegas Dr Onabanjo.

UNFPA menekankan bahwa untuk meningkatkan level kelangsungan hidup, perempuan dan bayi harus mendapatkan perawatan kesehatan yang berkualitas dan terjangkau sebelum, selama dan setelah melahirkan, serta akses ke layanan Keluarga Berencana (KB).

Tenaga kesehatan yang lebih terampil dan termotivasi, terutama bidan pun dibutuhkan, selain obat-obatan dan perbekalan penting seperti air bersih dan listrik.

Laporan tersebut menekankan bahwa intervensi harus secara khusus menargetkan perempuan termiskin dan mereka yang berada dalam situasi rentan yang kemungkinan besar akan kehilangan perawatan penyelamat nyawa.

Meningkatkan kesehatan ibu dan bayi baru lahir membutuhkan penanganan norma, bias dan ketidaksetaraan gender yang berbahaya.

Data terkini menunjukkan bahwa hanya sekitar 60 persen perempuan usia 15 hingga 49 tahun yang dapat mengambil keputusan sendiri terkait hak dan kesehatan seksual serta reproduksinya.

Laporan baru diluncurkan pada konferensi global besar yang diadakan di Cape Town, Afrika Selatan.

Konferensi ini bertujuan untuk mempercepat pemulihan dan kemajuan dalam kesehatan ibu dan bayi baru lahir, mempromosikan investasi yang ditargetkan dalam perawatan kesehatan primer serta inovasi dan kemitraan yang lebih berani di seluruh program yang membantu negara dalam meningkatkan kelangsungan hidup.

Berdasarkan tren saat ini, lebih dari 60 negara tidak ditetapkan untuk memenuhi target pengurangan kematian ibu, bayi baru lahir dan bayi lahir mati dalam Tujuan Pembangunan Berkelanjutan PBB pada 2030.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas