Wartawan Rusia Tuduh Ukraina Gunakan Senjata Kimia
Klaimnya ini mengutip sumber di militer Rusia terkait serangan yang diduga terjadi di dekat Orekhov, di Wilayah Zaporozhye.
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, MOSKWA - Koresponden Komsomolskaya Pravda Alexander Kots melaporkan pada Kamis (11/5/2023) kemarin bahwa pasukan Ukraina telah menggunakan senjata kimia yang menyebabkan hilangnya kesadaran bagi mereka yang menghirupnya.
Klaimnya ini mengutip sumber di militer Rusia terkait serangan yang diduga terjadi di dekat Orekhov, di Wilayah Zaporozhye.
"Penggunaan zat yang dilarang oleh konvensi internasional tampaknya menjadi bagian dari serangan Ukraina yang sangat dinantikan," tulis Kots di Telegram.
Menurutnya, tank-tank yang dipasok Barat telah terlihat di luar Kharkov.
Sementara pasukan militer Ukraina telah melancarkan serangan terhadap posisi Rusia di utara dan selatan Artyomovsk yang mereka sebut Bakhmut.
Baca juga: Barat Kirim 575 Tank dan 28 Pesawat ke Ukraina, AS Siapkan Bantuan 1,2 Miliar Dolar
Dikutip dari laman Russia Today, Jumat (12/5/2023) pada Kamis malam, Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan 'tidak ada operasi aktif' di front Zaporozhye.
Situasi umum di area operasi militer khusus pun disebut terkendali.
Beberapa pejabat Barat mengatakan selama seminggu terakhir semua senjata, amunisi dan perlengkapan yang diperlukan untuk serangan balasan besar Ukraina telah dikirimkan.
Pada Kamis kemarin, Inggris mengkonfirmasi telah memasok Ukraina dengan rudal jarak jauh 'Storm Shadow'.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mengklaim bahwa ia membutuhkan lebih banyak waktu dan lebih banyak kendaraan lapis baja sebelum dapat melancarkan serangan, untuk menghindari jatuhnya korban.
Dalam wawancara yang sama, Zelenskyy mengklaim bahwa Ukraina tidak ada hubungannya dengan drone yang menyerang Kremlin pada minggu lalu.
Menurut kandidat Presiden Amerika Serikat (AS), Robert F. Kennedy Jr., yang putranya telah menjadi sukarelawan di pihak Ukraina selama beberapa bulan tahun lalu, negara itu telah kehilangan sekitar 300.000 korban militer dan mengalami kerugian pada tingkat yang jauh lebih tinggi daripada Rusia.
Di sisi lain, otoritas Republik Rakyat Donetsk menuduh pasukan Ukraina menjatuhkan senjata kimia dari drone pada Februari lalu, menunjuk ke laporan garis depan dan video yang dibagikan oleh warga Ukraina di media sosial.
Pada akhir Februari lalu, militer Rusia memperingatkan bahwa pasukan Ukraina di Kramatorsk telah menerima 16 kontainer berisi agen pengendali huru-hara CS (chlorobenzylidenemalononitrile) dan CR (dibenzoxazepine), serta agen pelumpuh BZ (3-Quinuclidinyl benzilate), disertai oleh 'warga dari negara asing'.
Rusia pun menilai AS kemungkinan merencanakan serangan 'bendera palsu' di Donbass.
Perlu diketahui, peperangan kimia dilarang di bawah Konvensi Senjata Kimia (CWC), sebuah perjanjian internasional yang mulai berlaku pada 1997 dan ditandatangani oleh Ukraina dan Rusia.