Tingkat Populasi Anjlok, China Luncurkan Proyek 'Pernikahan Era Baru' dan 'Budaya Melahirkan'
Langkah terbaru ini dilakukan oleh pihak berwenang untuk meningkatkan angka kelahiran yang anjlok di China.
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Dewi Agustina
Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, BEIJING - China akan meluncurkan proyek percontohan pada lebih dari 20 kota untuk menciptakan pernikahan 'era baru' dan budaya melahirkan anak untuk mendorong lingkungan melahirkan yang ramah.
Langkah terbaru ini dilakukan oleh pihak berwenang untuk meningkatkan angka kelahiran yang anjlok di negara itu.
Baca juga: Tren Keluarga Penghasilan Ganda Tanpa Anak di China Kini Naik Daun
Asosiasi Keluarga Berencana China, sebuah badan nasional yang menerapkan langkah-langkah kependudukan dan kesuburan pemerintah, akan meluncurkan proyek untuk mendorong perempuan agar mau menikah dan memiliki anak.
Dikutip dari laman ABC News, Senin (22/5/2023), fokus proyek tersebut adalah mempromosikan pernikahan, memiliki anak pada usia yang sesuai, mendorong orang tua untuk berbagi tanggung jawab mengasuh anak, hingga membatasi 'biaya pernikahan' yang tinggi dan kebiasaan lama lainnya.
Kota-kota yang masuk dalam percontohan ini di antaranya pusat manufaktur Guangzhou dan Handan di Provinsi Hebei, begitu pula dengan Beijing pada tahun lalu.
"Masyarakat perlu lebih banyak membimbing kaum muda tentang konsep pernikahan dan persalinan," kata Ahli Demografi He Yafu.
Proyek-proyek itu muncul di tengah berbagai langkah yang dilakukan provinsi-provinsi China untuk mendorong agar warganya memiliki anak, termasuk memberikan insentif pajak, subsidi perumahan dan pendidikan gratis atau bersubsidi untuk keluarga yang memiliki tiga anak.
Baca juga: Seorang Lansia Warga Negara Amerika di China Dihukum Penjara Seumur Hidup atas Tuduhan Mata-mata
Perlu diketahui, China sebelumnya menerapkan kebijakan satu anak yang kaku sejak 1980 hingga 2015.
Ini merupakan akar dari banyak tantangan demografis yang memungkinkan India menjadi negara terpadat di dunia.
Namun kini batas tersebut telah dinaikkan menjadi tiga anak.
Prihatin dengan penurunan populasi pertama China dalam enam dekade dan masa penuaan yang cepat, penasihat politik pemerintah mengusulkan pada Maret lalu bahwa wanita lajang dan belum menikah harus memiliki akses ke pembekuan sel telur dan perawatan IVF, di antara layanan lainnya, ini untuk meningkatkan tingkat kesuburan negara.
Saat ini banyak wanita China yang menunda memiliki lebih banyak anak atau sama sekali tidak punya anak (childfree), karena mahalnya biaya penitipan anak.
Mereka juga terancam harus menghentikan karir, dengan diskriminasi gender masih menjadi rintangan utama.