AS: Ada Indikasi Wagner Beli Senjata untuk Perang Rusia-Ukraina melalui Mali di Afrika
Departemen Luar Negeri Amerika Serikat mengatakan ada indikasi Wagner beli senjata untuk perang Rusia dan Ukraina melalui Mali di benua Afrika.
Penulis: Yunita Rahmayanti
Editor: Pravitri Retno W
TRIBUNNEWS.COM - Departemen Luar Negeri Amerika Serikat (AS) mengatakan Grup Wagner Rusia berusaha memperoleh peralatan militer untuk digunakan di Ukraina melalui wilayah Mali, negara di Afrika barat.
"Kami percaya bahwa Wagner (PMC) sedang mencoba untuk mengaburkan upayanya untuk memperoleh peralatan militer untuk digunakan di Ukraina."
"Termasuk dengan bekerja melalui negara pihak ketiga di mana ia memiliki pijakan," kata juru bicara Departemen Luar Negeri, Matthew Miller, kepada wartawan pada jumpa pers reguler, Senin (22/5/2023).
"Wagner bersedia menggunakan dokumen palsu untuk transaksi semacam itu," katanya.
“Ada indikasi Wagner telah berusaha membeli sistem militer dari pemasok asing dan mengirimkan senjata ini melalui Mali sebagai pihak ketiga."
"Kami belum melihat indikasi bahwa akuisisi ini telah diselesaikan atau dilaksanakan, tapi kami memantau situasinya dengan cermat," lanjutnya, dikutip dari TASS.
Baca juga: Mantan Komandan Wagner yang Cari Suaka di Norwegia, Andrey Medvedev Putuskan Kembali ke Rusia
Miller mengatakan AS telah menjatuhkan sanksi pada sejumlah orang dan entitas yang mendukung operasi militer Wagner.
Ia mengatakan Amerika Serikat akan segera berbagi lebih banyak informasi.
Pada Desember 2022, Koordinator Komunikasi Strategis Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih, John Kirby, mengatakan PMC Wagner diduga menerima senjata dari Korea Utara.
Pihak Rusia telah berulang kali menekankan, mereka tidak memerlukan pasokan asing untuk operasi militer khususnya di Ukraina, karena kompleks industri pertahanan negara itu mengatasi tugasnya.
Baca juga: Reaksi Moskow soal Dokumen Bocor Sebut Bos Wagner Tawarkan Informasi Posisi Pasukan Rusia ke Ukraina
Keberadaan Wagner di Afrika
Dokumen rahasia AS yang bocor pada April 2023, mengungkapkan Grup Wagner bergerak secara agresif untuk membentuk "konfederasi" negara-negara anti-Barat di Afrika.
Dalam dokumen itu disebutkan, ekspansi dari pengaruh Rusia menyebar dengan di Afrika dan menjadi kekhawatiran bagi intelijen dan militer AS.
Hal ini kemudian mendorong AS dan Barat untuk mencari cara menyerang jaringan pangkalan dan front bisnis Wagner dengan serangan sanksi dan operasi dunia maya, seperti dijelaskan The Washington Post.
Baca juga: Dituduh Bocorkan Informasi Posisi Pasukan Rusia ke Ukraina, Bos Wagner: Menggelikan
Grup itu telah beroperasi di beberapa negara Afrika sejak 2017.
Wagner seringkali memberikan kliennya dukungan militer langsung dan layanan keamanan terkait di samping upaya propaganda.
Kelompok ini diperkirakan memiliki sekitar lima ribu anggota yang ditempatkan di seluruh Afrika, kombinasi dari mantan tentara Rusia, narapidana, dan warga negara asing.
“Tujuan utama Rusia di Afrika saat ini adalah benar-benar membangun dukungan diplomatik yang diharapkan dapat digunakan di tempat-tempat seperti Perserikatan Bangsa-Bangsa,” kata Thomas Graham dari CFR (Dewan Hubungan Luar Negeri AS).
“Grup Wagner terlibat di Afrika karena alasannya sendiri, (seperti) menghasilkan uang secara pribadi."
"Namun baru-baru ini, Kremlin menganggap ini sebagai tambahan yang berguna untuk apa yang coba dilakukannya secara diplomatis," jelasnya.
(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)
Berita lain terkait Konflik Rusia VS Ukraina
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.