Pemimpin Wagner Sebut Pasukannya Mulai Meninggalkan Bakhmut, akan Serahkan Kendali kepada Moscow
Kepala tentara bayaran Wagner menyebut pasukannya mulai meninggalkan Bakhmut. Ia akan meneyrahkan kendali kepada militer Rusia.
Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Suci BangunDS
TRIBUNNEWS.COM - Kepala perusahaan militer swasta Rusia Wagner mengatakan pada hari Kamis, bahwa para pasukannya mulai menarik diri dari Bakhmut.
Wagner akan menyerahkan kendali kota tersebut kepada militer Rusia, dilansir USA Today.
Langkah itu, diumumkan beberapa hari setelah kepala Wagner Yevgeny Prigozhin mengklaim, pasukannya telah merebut kota Bakhmut setelah pertempuran sembilan bulan yang melelahkan.
Prigozhin mengatakan dalam video yang dipublikasikan di Telegram bahwa serah terima akan selesai pada 1 Juni 2023.
Sementara itu, militer Ukraina mengatakan pasukan Wagner masih terlihat di Bakhmut, Reuters melaporkan.
"Di pinggiran Bakhmut, musuh telah mengganti unit Wagner dengan pasukan tentara reguler," ujar Wakil Menteri Pertahanan Hanna Maliar di Telegram.
Baca juga: Kepala Wagner Akui 20.000 Tentaranya Tewas dalam Pertempuran di Bakhmut
"Di dalam kota itu sendiri para pejuang Wagner masih ada."
Serhiy Cherevatyi, juru bicara komando militer timur Ukraina, mengatakan jumlah serangan Rusia di daerah itu telah menurun dalam tiga hari terakhir.
"Kami memastikan adanya pengurangan serangan dan mungkin ini terkait dengan pengelompokan kembali pasukan Rusia," katanya.
"Jelas bahwa kami telah menimbulkan kerugian besar kepada mereka dan mereka membutuhkan pengumpulan kembali."
Maliar mengatakan Rusia juga memperkuat posisinya di sisi-sisi Bakhmut dan menembaki pasukan Ukraina untuk mencoba menghentikan kemajuan Ukraina ke utara dan selatan kota.
Baca juga: Pemimpin Kelompok Tentara Bayaran Wagner Rusia Akui Perang Ukraina Telah Menjadi Bumerang
Perkembangan Lain:
- Dalam pidato Rabu malam, Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, mengatakan pengiriman jet tempur F-16 ke Ukraina akan menjadi "salah satu sinyal terkuat dari dunia bahwa Rusia akan kalah."
Komentar itu muncul setelah Presiden Joe Biden setuju untuk mengizinkan sekutu mengirim jet tempur ke Ukraina dan membantu melatih pilot Ukraina menggunakan pesawat tempur tersebut.