Para Ahli Peringatkan Virus Flu Burung Berubah dengan Cepat Seiring Tingginya Permintaan Vaksin
Para ahli memperingatkan bahwa virus yang memicu rekor kasus flu burung pada unggas di seluruh dunia telah berubah dengan cepat.
Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: Wahyu Gilang Putranto
TRIBUNNEWS.COM - Para ahli memperingatkan virus yang memicu rekor kasus flu burung pada unggas di seluruh dunia telah berubah dengan cepat.
Dilansir The Straits Times, seruan meningkat bagi negara-negara untuk memvaksinasi unggas mereka.
Sementara para ahli berbicara kepada AF, menekankan risiko terhadap manusia tetap rendah.
"Jumlah kasus flu burung pada mamalia yang melonjak menjadi perhatian," imbuh para ahli.
Sejak pertama kali muncul pada tahun 1996, virus flu burung H5N1 sebelumnya terbatas pada sebagian besar wabah musiman.
"Tetapi sesuatu terjadi pada pertengahan 2021 yang membuat kelompok virus tersebut jauh lebih menular," menurut Dr Richard Webby, kepala pusat kolaborasi Organisasi Kesehatan Dunia yang mempelajari influenza pada hewan.
Baca juga: Restoran Jepang cari alternatif saat harga telur naik di tengah krisis flu burung
Sejak itu, wabah telah berlangsung sepanjang tahun, menyebar ke daerah baru dan menyebabkan kematian massal di antara burung liar dan puluhan juta unggas dimusnahkan.
Dr Webby, seorang peneliti di St Jude Children's Research Hospital di Memphis, Amerika Serikat, mengatakan kepada AFP bahwa ini "benar-benar" wabah flu burung terbesar yang pernah terjadi di dunia.
Dia memimpin penelitian, yang diterbitkan minggu ini di jurnal Nature Communications, menunjukkan bagaimana virus berkembang pesat saat menyebar dari Eropa ke Amerika Utara.
Studi tersebut mengatakan virus telah meningkat dalam virulensi, yang berarti menyebabkan penyakit yang lebih berbahaya, ketika tiba di Amerika Utara.
"Para peneliti menginfeksi seekor musang dengan salah satu galur baru flu burung dan menemukan virus dalam jumlah “besar” yang tak terduga di otaknya," kata Dr Webby, yang menunjukkan bahwa itu telah menyebabkan penyakit yang lebih serius daripada galur sebelumnya.
Menekankan bahwa risiko pada manusia masih rendah, Dr Webby mengatakan bahwa “virus ini tidak statis – tetapi berubah”.
"Ini memang meningkatkan potensi bahwa bahkan secara kebetulan, virus dapat mengambil sifat genetik yang memungkinkannya menjadi virus manusia", katanya.
Dalam kasus yang jarang terjadi, manusia tertular virus yang terkadang mematikan, biasanya setelah melakukan kontak dekat dengan unggas yang terinfeksi, Urdupoint melaporkan.
Baca juga: China Catat Kematian Pertama Flu Burung H3N8, Wanita Usia 56 Tahun, Riwayat Medis Derita Pneumonia