AS Berspekulasi China Memata-matai Lewat Kuba dan Operasikan Fasilitas Militer Selama Bertahun-tahun
AS: China mengoperasikan fasilitas militer dan intelijen di Kuba setidaknya sejak 2019 dan terus memperluas kemampuan pengumpulan intelijennya.
Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: Daryono
TRIBUNNEWS.COM - China mengoperasikan unit intelijen di Kuba selama bertahun-tahun dan meningkatkannya pada 2019, menurut seorang pejabat senior Gedung Putih Amerika Serikat (AS), jelas laporAl Jazeera.
Hal tersebut dimaksudkan sebagai bagian dari upaya global Beijing untuk meningkatkan kemampuan pengumpulan intelijennya.
Pejabat administrasi mengatakan China "melakukan peningkatan fasilitas pengumpulan intelijennya di Kuba pada 2019" di bawah pemerintahan Trump.
“Ini didokumentasikan dengan baik dalam catatan intelijen,” kata pejabat itu, Sabtu (10/6/2023).
Sumber tersebut mengakui bahwa China telah memata-matai AS dari berbagai situs yang berbasis di Kuba selama bertahun-tahun setelah Gedung Putih membantah laporan awal pekan ini bahwa China berencana membangun fasilitas intelijen sinyal baru di pulau itu.
Awal pekan ini, CNN mengonfirmasi sebuah laporan oleh Wall Street Journal bahwa Kuba setuju untuk mengizinkan China membangun fasilitas mata-mata baru di pulau itu yang memungkinkan China menguping komunikasi elektronik di seluruh AS tenggara.
Baca juga: Pidato Prabowo di IISS Shangri-La Dialogue 2023 Dorong Dialog AS-China, Peneliti BRIN: Cukup Menarik
Kesepakatan itu pada prinsipnya, kata salah satu sumber yang akrab dengan intelijen, dan fasilitas itu diyakini tidak dibangun.
WSJ melaporkan bahwa China berencana untuk membayar Kuba yang kekurangan uang miliaran dolar sebagai bagian dari negosiasi.
Pemerintah AS dan Kuba sangat meragukan laporan tersebut.
Laporan tidak akurat
Juru bicara Dewan Keamanan Nasional, John Kirby menyebut laporan Journal "tidak akurat".
Pejabat administrasi menjelaskan lebih lanjut "ini adalah masalah yang sedang berlangsung, dan bukan perkembangan baru, dan pengaturan seperti yang dicirikan dalam pelaporan tidak sesuai dengan pengertian kami.”
Salah satu sumber menggambarkan ketidaksesuaian itu sebagai "pertengkaran semantik".
Baca juga: Imbas Kunjungan Presiden Taiwan ke AS, China kepung Taipei dengan 42 Jet Tempur dan 8 Kapal Perang
Reaksi pejabat China
Mantan Duta Besar AS untuk China Max Baucus mengatakan pada Sabtu bahwa dia "terkejut" dengan berita ini.
Baucus merupakan diplomat top AS di China selama hampir tiga tahun selama pemerintahan Obama.
Diplomat itu mengatakan bahwa pemerintahan Joe Biden awalnya membantah menyebut China mengoperasikan fasilitas intelijen dan militer di Kuba dan mengakui bahwa China telah lama menunjukkan kehadirannya di Kuba.
(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)