Vladimir Putin Ungkap Isi Draf Perjanjian Netralitas Ukraina yang Gagal pada Tahun 2022
Selama pertemuan dengan delegasi Afrika, Vladimir Putin ungkap isi draf perjanjian netralitas Ukraina yang gagal dicapai di Turki pada tahun 2022.
Penulis: Yunita Rahmayanti
Editor: Nuryanti
TRIBUNNEWS.COM - Pertama kalinya, Presiden Rusia, Vladimir Putin menunjukkan draf perjanjian netralitas Ukraina yang gagal dicapai selama negosiasi damai antara Rusia-Ukraina di Turki pada tahun 2022.
Putin mengatakan, Ukraina mengkhianati perjanjian yang telah ditandatangani delegasinya.
"Saya ingin menarik perhatian Anda pada fakta bahwa dengan bantuan Presiden (Turki) Erdogan, seperti yang Anda ketahui, serangkaian pembicaraan antara Rusia dan Ukraina terjadi di Turki untuk menyelesaikan langkah-langkah membangun kepercayaan," kata Vladimir Putin kepada para pemimpin Afrika di St. Petersburg, Sabtu (17/6/2023).
Putin mengatakan, dokumen berjudul Perjanjian tentang Netralitas Permanen dan Jaminan Keamanan untuk Ukraina itu telah ditandatangani oleh delegasi Ukraina.
"Draf perjanjian ini diparaf oleh kepala Tim negosiasi Kyiv. Dia membubuhkan tanda tangannya di sana. Ini dia," kata Presiden Rusia itu sambil menunjukkan kertas itu kepada delegasi Afrika, dikutip dari TASS.
Rancangan itu menetapkan Ukraina harus mengabadikan "netralitas permanen" dalam Konstitusinya.
Rusia, AS, Inggris, Cina, dan Prancis terdaftar sebagai penjamin.
Baca juga: Update Perang Rusia-Ukraina Hari ke-480: Ukraina Hancurkan Gudang Amunisi Rusia di Odesa
Proposal Rusia-Ukraina soal Kekuatan Militer selama Masa Damai
Vladimir Putin juga menunjukkan tambahan draf yang menguraikan proposal Rusia dan Ukraina tentang ukuran tentara tetap Ukraina dan perlengkapannya selama masa damai.
Dalam dokumen itu, Rusia mengusulkan untuk membatasi jumlah personel militer Ukraina sejumlah 85.000 dan jumlah anggota Garda Nasional sejumlah 15.000.
Sementara Ukraina mengusulkan agar Angkatan Bersenjatanya memiliki 250.000 tentara.
Soal peralatan militer, Rusia mengusulkan agar Ukraina memiliki 342 tank, 1.029 kendaraan lapis baja, 96 peluncur roket ganda, 50 pesawat tempur, dan 52 pesawat tambahan.
Sementara Ukraina ingin memiliki 800 tank, 2.400 kendaraan lapis baja, 600 peluncur roket ganda, 74 pesawat tempur, dan 86 pesawat tambahan.
Selain itu, Rusia dan Ukraina juga bertukar proposal tentang pembatasan mortir Ukraina, senjata anti-tank, dan sistem rudal anti-udara, seperti diberitakan RT.
Negosiasi Damai yang Gagal
Baca juga: Pengakuan Presiden Rusia Vladimir Putin Pindahkan Senjata Nuklir Taktis ke Belarusia
Negosiasi damai antara Rusia dan Ukraina yang ditengahi Turki pada tahun 2022 tersebut gagal.
Setelah Rusia menarik pasukan dari Kota Kyiv pada musim semi 2022, Ukraina menuduh pasukan Rusia membunuh warga sipil di sejumlah kota kecil di sekitar Kota Kyiv.
"Setelah kami menarik pasukan kami dari Kiev, seperti yang telah kami janjikan, namun otoritas Kyiv membuang (komitmen mereka) ke tong sampah sejarah," katanya.
“Mereka meninggalkan segalanya,” lanjutnya.
Setelah menunjukkan draf itu, Vladimir Putin mengatakan keraguannya apakah ada jaminan Ukraina bisa menepati perjanjian perdamaian di masa depan.
“Di mana jaminan bahwa mereka tidak akan meninggalkan kesepakatan di masa depan?” kata Putin.
Meski meragukan hal itu, Putin menegaskan Rusia tetap membuka diri untuk segala negosiasi.
“Namun, bahkan dalam keadaan seperti itu, kami tidak pernah menolak untuk melakukan negosiasi,” lanjutnya.
Baca juga: Kunjungi Ukraina-Rusia, Perwakilan Afrika Mulai Upayakan Perdamaian Kyiv dan Moskow
Sementara itu, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky juga tetap berpendirian pada prinsip perdamaian tanpa menyerahkan secuil tanah pun pada Rusia.
Zelensky ingin Rusia mengembalikan Krimea pada Ukraina dan empat wilayah lainnya yang diduduki Rusia setelah September 2022.
Namun, Vladimir Putin menegaskan, akuisisi wilayah di Ukraina oleh Rusia adalah sempurna dalam hukum internasional dan Piagam PBB.
Ia menambagkan, Rusia berhak campur tangan untuk melindungi rakyat Donbass yang menentang kudeta tahun 2014 di Kyiv.
Ukraina membatalkan semua diskusi tentang kemungkinan kenetralannya pada tahun 2022 dan mengumumkan akan bergabung dengan NATO.
(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)