Pemerintah Dinilai Perlu Bentuk Tim Untuk Perhatikan Hubungan Normalisasi Arab Saudi-Israel
Broto Wardoyo menilai pemerintah membentuk tim khusus yang lebih serius memperhatikan masalah-masalah di Timur Tengah.
Penulis: Gita Irawan
Editor: Wahyu Aji
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Gita Irawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Tim Penulis Monograf Prospek Normalisasi Hubungan Diplomatik Arab Saudi dan Israel yang diterbitkan Laboratorium Indonesia 2045, Broto Wardoyo, mengatakan ada sejumlah rekomendasi yang ditawarkan penelitian yang dilakukannya dan tim.
Satu di antaranya, kata dia, adalah pemerintah membentuk tim khusus yang lebih serius memperhatikan masalah-masalah di Timur Tengah.
Menurutnya, ada kebutuhan bagi Indonesia untuk secara terstruktur memperhatikan masalah-masalah terkait normalisasi hubungan diplomatik Arab Saudi dan Israel.
Broto mengatakan hal itu karena ada koneksi yang luar biasa kuat antara problem-problem di Timur Tengah dengan kondisi politik terutama di Indonesia.
Hal tersebut disampaikannya dalam Webinar bertajuk Prospek Normalisasi Hubungan Diplomatik Arab Saudi-Israel yang digelar Lab 45 di kanal Youtube LAB 45 pada Rabu (21/6/2023).
"Sampai pada titik ada kebutuhan bagi kita, untuk mungkin membentuk semacam tim khusus di pemerintahan yang lebih serius memperhatikan masalah-masalah di Timur Tengah," kata Broto.
"Bisa dibentuk dalam satu tim di bawah kementerian tertentu atau bisa juga dibuat dalam tim Kantor Presiden atau Kantor Wakil Presiden. Jadi itu yang kami tawarkan," sambung dia.
Alasannya, kata dia, karena apabila normalisasi hubungan terjadi maka akan menjadi justifikasi bagi Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.
Sementara Netanyahu, kata dia, punya kebijakan yang relatif keras terhadap Palestina.
"Dan ini akan punya efek politik ke Indonesia. Jadi hal ini yang membuat kenapa tim khusus ini menjadi penting," kata dia.
Menurutnya, kecil kemungkinannya kawasan Timur Tengah akan menjadi pusat pertarungan antara Amerika Serikat dan China.
Dalam konteks tersebut, kata dia, sehingga situasinya akan relatif teduh bagi Indonesia.
"Meski demikian Great Power biasanya punya cara yang berbeda. Jadi bisa saja mereka menggunakan Timur Tengah menjadi bargaining chip bagi masalah mereka yang ada di Asia Pasifik," kata dia.
Normalisasi hubungan itu, kata dia, akan membawa dampak bagi negara-negara di kawasan, termasuk Iran.
Baca juga: Israel Serang Palestina dengan Helikopter dan Roket, 5 Warga Jenin Tewas dan 91 Orang Terluka
Menurutnya, hal tersebut menjadi penting karena Iran juga menjadi mitra yang baik bagi Indonesia.
Dengan demikian, kat dia, Indonesia perlu mempertimbangkan dengan seksama bagaimana reaksi Iran terhadap upaya normalisasi hubungan diplomatik Arab Saudi dengan Israel.
Selanjutnya, kata dia, normalisasi tersebut akan berdampak bagi hubungan intra-Palestina karena Arab Saudi menjadi salah satu negara utama yang memiliki jejaring termasuk memberikan dukungan dana bagi kelompok-kelompok di Palestina.
Sehingga menurutnya Indonesia nampaknya perlu untuk mendorong adanya dialog intra-Palestina yang intensif dan mendalam.
Broto mengatakan hal tersebut agak rumit karena biasanya Kementerian Luar Negeri cenderung resisten terhadap ranah domestik negara lain.
Apabila masuk ke dalam isu intra-Palestina, kata dia, ada kekhawatiran Indonesia masuk ke dalam ranah domestiknya Palestina.
Namun demikian, kata dia, apabila dipertimbangkan secara lebih holistik salah satu problem dalam perjuangan Palestina adalah perbedaan pandangan di antara kelompok-kelompok di dalam Palestina.
"Jadi bagaimana kita bisa mendorong upaya yang lebih sinergis terhadap Palestina terhadap memperjuangkan kemerdekaannya,", kata dia.
"Kami sadar betul poin-poin tersebut beberapa di antaranya mungkin terlalu kontroversial dan akan mendapatkan respon yang cukupnkeras karena ada beberapa ide, ideologi kebijakan luar negeri yang akan tergerus tapi itu yang menurut kami penting untuk disampaikan," sambung dia.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.