Rusia Sebut NATO Kembali ke Skema Perang Dingin, Moskow Siap Tanggapi Ancaman
Setelah KTT NATO selesai digelar, Rusia menyebut aliansi militer Barat telah kembali ke skema perang dingin. Moskow sudah bersiap tanggapi ancaman.
Penulis: Whiesa Daniswara
Editor: Pravitri Retno W
TRIBUNNEWS.COM - Kementerian Luar Negeri Rusia menyebut hasil KTT NATO membuat aliansi militer Barat kembali ke skema perang dingin.
Hal tersebut dikatakan Rusia setelah Presiden Amerika Serikat (AS), Joe Biden, yang menyebut Presiden Rusia Vladimir Putin memiliki nafsu untuk menguasai wilayah.
Selain itu, kata Biden, Putin juga haus akan kekuasaan dan telah salah menilai tekad Barat untuk mendukung Ukraina.
"Ketika Putin, dan hasratnya yang mendambakan tanah dan kekuasaan, melepaskan perang brutalnya di Ukraina, dia bertaruh NATO akan pecah," kata Biden, Rabu (12/7/2023), dikutip dari Al Jazeera.
"Tapi dia salah berpikir," lanjutnya.
Terkait hal tersebut, Kemenlu Rusia menyebut bahwa hasil pertemuan NATO ini akan dianalisis dengan hati-hati untuk ancaman yang ditimbulkan terhadap keamanan Moskow.
Baca juga: Update Perang Rusia-Ukraina Hari ke-505: KTT NATO Berakhir, Komitmen G7 untuk Terus Membantu Ukraina
"Dengan mempertimbangkan tantangan dan ancaman terhadap keamanan dan kepentingan Rusia yang telah teridentifikasi, kami akan menanggapi secara tepat waktu dan tepat, dengan menggunakan segala cara dan metode yang kami miliki," tulis Kemenlu Rusia dalam sebuah pernyataan.
Kekuatan Barat, sebut Kemenlu Rusia, bertekad untuk membagi dunia menjadi demokrasi dan otokrasi.
Rusia menyebut garis bidik dari kebijakan mencari musuh ini memang ditujukan kepada Rusia.
Kementerian juga mengatakan bahwa NATO terus menurunkan ambang batas penggunaan kekuatan sambil meningkatkan ketegangan politik dan militer dengan memasok Ukraina dengan persenjataan yang lebih kuat dan canggih.
"Mengambil jalan eskalasi, mereka mengeluarkan serangkaian janji baru untuk memasok rezim Kyiv dengan senjata yang lebih modern dan jarak jauh untuk memperpanjang konflik selama mungkin – sampai habis," kata Kementerian.
Baca juga: Mengapa Swedia dan Finlandia yang tadinya netral kini bergabung dengan NATO?
Rusia akan merespons dengan memperkuat organisasi militer dan sistem pertahanan negara.
KTT NATO berakhir dengan AS dan sekutunya memberikan jaminan keamanan baru untuk Ukraina untuk melawan Rusia.
Kyiv Dapat Kritikan di KTT NATO
Penasihat Keamanan Nasional AS, Jake Sullivan, mengkritik Kyiv karena merasa Ukraina tidak pernah menyatakan rasa terima kasih kepada NATO.
"Saya pikir rakyat Amerika memang pantas mendapatkan rasa terima kasih," kata Sullivan, dikutip dari RT.
Baca juga: Korea Utara Kembali Luncurkan Rudal Balistik Antarbenua ketika KTT NATO Tengah Berlangsung
Sementara itu, Menteri Pertahanan Inggris, Ben Wallace, juga mengkritik Ukraina karena tidak pernah menyatakan rasa terima kasih.
"Kami bukan Amazon," kata Wallace kepada wartawan, merujuk pada apa yang dia katakan sebagai keluhan dari rekan-rekan Amerika bahwa Ukraina terkadang memperlakukan AS sebagai pengecer online.
Tampilan kritik publik yang tidak biasa terjadi setelah Volodymyr Zelensky menyerang NATO pada hari Senin, karena tidak memberikan batas waktu kepada Kyiv untuk menjadi anggota.
Zelensky bahkan menuduh blok pimpinan AS ini tidak menunjukkan rasa hormat yang tepat kepada Ukraina.
Menjawab itu semua, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky selalu berterima kasih kepada Barat atas senjata, amunisi, dan semua bantuan lainnya.
Baca juga: Update Perang Rusia-Ukraina Hari ke-504: Zelensky Gagal Dapatkan Undangan Resmi Gabung dengan NATO
"Saya tidak mengerti dengan jelas pertanyaannya. Kami selalu bersyukur dan selalu bersyukur," kata Zelensky.
"Aku benar-benar tidak tahu bagaimana lagi kita harus berterima kasih."
"Kita bisa bangun di pagi hari dan berterima kasih kepada menteri. Mintalah dia menulis kepada saya bagaimana bersyukur, dan saya akan berterima kasih," lanjutnya.
(Tribunnews.com/Whiesa)