Rusia Gelar Latihan Tembakan Langsung di Laut Hitam, Kapal yang Dianggap Melanggar akan Ditahan
Rusia latihan tembakan langsung di Laut Hitam, melakukan serangkaian tindakan untuk menahan kapal yang melanggar.
Penulis: Nuryanti
Editor: Endra Kurniawan
TRIBUNNEWS.COM - Angkatan Laut Rusia melakukan latihan tembakan langsung di Laut Hitam, Jumat (21/7/2023).
Latihan ini dilakukan beberapa hari setelah Kremlin menyatakan akan mempertimbangkan kapal-kapal yang melakukan perjalanan ke Ukraina melalui jalur air yang berpotensi menjadi target militer.
"Sebuah kapal rudal dari Armada Laut Hitam Moskow melakukan penembakan langsung rudal jelajah anti-kapal ke kapal sasaran di bagian barat laut Laut Hitam," ujar Kementerian Pertahanan Rusia, Jumat, dilansir Al Jazeera.
"Kapal dan penerbangan armada juga telah melakukan tindakan untuk mengisolasi area yang ditutup sementara untuk navigasi, dan juga melakukan serangkaian tindakan untuk menahan kapal yang melanggar," jelas sumber itu.
Diberitakan The Moscow Times, Rusia mengatakan kapal kargo dalam perjalanan ke pelabuhan Ukraina di Laut Hitam akan dianggap membawa kargo militer.
Kremlin juga telah menyatakan area yang tidak ditentukan di bagian barat laut dan tenggara perairan internasional Laut Hitam sebagai area berbahaya untuk sementara waktu.
Baca juga: Update Perang Rusia-Ukraina Hari ke-513: Oligarki Rusia Eugene Shvidler Gugat Sanksi Terhadapnya
Moskow pun memperingatkan risiko untuk membangun rute pengapalan Laut Hitam tanpa partisipasinya.
Menanggapi hal ini, Kyiv mengatakan siap untuk melanjutkan ekspor biji-bijian melalui pelabuhan selatannya, meskipun Rusia menarik diri dari kesepakatan itu.
Rudal Rusia Hantam Kota Pelabuhan Odessa dan Mykolaiv
Dikutip dari RFI, setidaknya dua orang tewas dan lebih dari 20 orang terluka setelah Rusia menghantam kota pelabuhan Odessa dan Mykolaiv di Ukraina dengan rudal dan drone pada Rabu (19/7/2023) malam.
Selain infrastruktur pelabuhan, Rusia juga menyerang sasaran sipil, termasuk bangunan perumahan dan administrasi, menurut pihak berwenang Ukraina.
Kyiv mengatakan, serangan sebelumnya di Odessa telah menghancurkan 60.000 ton biji-bijian yang dimaksudkan untuk ekspor.
Hal ini yang membuat Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menuduh Rusia sengaja menargetkan pasokan biji-bijian.
Baca juga: Balas Ancaman, Ukraina akan Tenggelamkan Kapal yang Menuju Pelabuhan Rusia di Laut Hitam
Diketahui, Rusia telah membombardir pelabuhan selama tiga hari sejak mengumumkan tidak akan memperbarui inisiatif biji-bijian Laut Hitam, Senin (17/7/2023).
Kesepakatan itu sebelumnya dinegosiasikan untuk memungkinkan perjalanan yang aman ke kapal yang membawa gandum Ukraina dan bahan makanan lainnya, di tengah invasi Rusia ke Ukraina.
Di sisi lain, Presiden Rusia Vladimir Putin menuduh Barat 'menyesatkan' kesepakatan biji-bijian, sambil mengulangi tawaran Rusia untuk mengembalikannya jika dapat mengamankan jaminan untuk ekspor makanan dan pupuknya sendiri.
Baca juga: Ukraina Mulai Pakai Amunisi Tandan untuk Serang Rusia, AS Menunggu Hasilnya
Negara-negara Barat disebut mengatakan Rusia tidak mengalami kesulitan menjual makanannya, yang dibebaskan dari sanksi keuangan, dan mencoba menggunakan pengaruhnya untuk memaksa konsesi lain.
Baik Ukraina dan Rusia termasuk pengekspor biji-bijian terbesar di dunia.
Bahkan, PBB mengatakan memblokir ekspor Ukraina dapat menyebabkan krisis pangan di seluruh dunia.
Namun, tidak ada kapal yang berlayar dari pelabuhan Ukraina sejak pengumuman tersebut.
Ukraina pun berharap untuk melanjutkan ekspor menggunakan rute alternatif melalui perairan negara tetangga, Rumania.
Sebab, Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan semua kapal yang melakukan perjalanan ke pelabuhan Ukraina akan dianggap sebagai pembawa kargo militer yang potensial.
Menurut Amerika Serikat, ancaman itu mengindikasikan bahwa Moskow mungkin menyerang pengiriman sipil.
"Kami percaya bahwa ini adalah upaya terkoordinasi untuk membenarkan setiap serangan terhadap kapal sipil di Laut Hitam dan menyalahkan Ukraina atas serangan ini," kata juru bicara Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih, Adam Hodge.
(Tribunnews.com/Nuryanti)