Rusia Rekrut Pasukan Wanita untuk Ditempatkan di Unit Pertahanan Teritorial di Perbatasan Ukraina
Rusia merekrut para wanita untuk ditempatkan di Belgorod, wilayah perbatasan Ukraina yang kerap menjadi sasaran kelompok militan.
Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Endra Kurniawan

Motivasi

Baca juga: Update Perang Rusia-Ukraina Hari ke-457: Moskow Pindahkan Senjata Nuklir ke Belarus
Kapustin, komandan RVC, mengatakan kepada pers di dekat perbatasan Rusia bahwa kelompoknya tidak merahasiakan pandangan sayap kanan beberapa anggotanya, tetapi dia tidak berpikir bahwa disebut neo-Nazi adalah penghinaan.
"Anda tidak akan pernah menemukan saya mengibarkan bendera dengan swastika, Anda tidak akan pernah menemukan saya, saya tidak tahu, mengangkat tangan saya memberi hormat Hitler," katanya.
Mengenakan janggut dan seragam militer serba hitam, Kapustin menggembar-gemborkan keberhasilan penyerbuan Belgorod dan mengatakan operasi yang lebih luas sedang direncanakan.
Kelompok tersebut mengatakan bahwa mereka sepenuhnya mengakui integritas teritorial Ukraina dan menganggap perang Putin di Ukraina sebagai “penjahat”.
Mereka mencantumkan "penggulingan rezim yang berkuasa di Rusia" sebagai salah satu tujuannya.

Baca juga: Rusia Mulai Kirim Senjata Nuklir Taktis ke Belarusia, AS Beri Kutukan Keras
Sementara itu, Alexei Baranovsky, juru bicara sayap politik Legiun, mengatakan kepada Reuters bahwa serangan itu adalah "langkah pertama menggulingkan rezim Putin melalui angkatan bersenjata."
Dalam sebuah postingan di Telegram grup pada hari Rabu, Legiun berjanji untuk segera kembali.
"Belgorod, Bryansk, Kursk, Voronezh, Rostov, Moskow — tunggu kami," tulis postingan itu.
“Jelas bahwa Freedom of Russia Legion dan Russian Volunteer Corps keduanya didominasi oleh kelompok Rusia — menyebut diri mereka 'partisan' yang mencoba menjatuhkan pemerintahan Putin dan mulai dari preman sepak bola neo-Nazi hingga selebritas wannabe dan bahkan hingga beberapa reformis politik semi-serius,” kata Michael Clarke, profesor tamu studi perang di King's College London.
"Mereka bukan 'liberal', melainkan nasionalis Rusia garis keras - hanya saja bukan dari jenis Putin," tambah Clarke.
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.