PM Fiji Tabrak Pintu karena Berjalan sambil Lihat HP, Kepala Berdarah, Kunjungan ke China Dibatalkan
Kepalanya terluka karena tertabrak pintu, PM Fiji terpaksa membatalkan kunjungannya ke China.
Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Endra Kurniawan
TRIBUNNEWS.COM - Perdana menteri Fiji membatalkan kunjungannya ke China karena kepalanya terluka akibat terjedut pintu saat berjalan sambil main HP.
Dilansir Independent, dalam sebuah video yang diunggah pada hari Selasa (25/7/2023), PM Sitiveni Rabuka mengumumkan perubahan rencananya untuk datang ke China.
Dengan perban di kepalanya dan cipratan darah di bajunya, Rabuka mengatakan kepalanya terluka karena tersandung saat berjalan sambil melihat handphone.
“Saya tidak tahu apakah kepala saya lebih sakit dari pintu, atau pintu lebih sakit dari kepala saya,” ujar Rabuka menceritakan insiden yang dialaminya.
"Saya baru saja kembali dari rumah sakit di mana kepala saya dibalut karena kecelakaan kecil yang saya alami pagi ini."
“Saya harus memberi tahu China bahwa saya tidak akan dapat melakukan perjalanan yang akan dilakukan besok malam,” lanjutnya, berharap dapat menerima undangan di masa mendatang.
Baca juga: Orang Indonesia Jadi Pengamat Pemilu Pemerintah Fiji
Pesan video Rabuka muncul tak lama setelah kedutaan besar China di Fiji mengonfirmasi sang perdana menteri akan menghadiri pembukaan World University Games di Chengdu dan bertemu dengan presiden Xi Jinping.
Dalam videonya, Rebuka mengakui akan ada banyak spekulasi tentang mengapa ia membatalkan kunjungannya.
Tetapi ia mengatakan bahwa "tidak ada yang perlu dikhawatirkan".
“Saya yakin akan ada undangan lain nanti dan saya berharap dapat menghormati undangan itu,” katanya.
Kunjungan tersebut sebenarnya diharapkan dapat meningkatkan hubungan Fiji dengan China karena yang China tengah meningkatkan pengaruhnya di negara-negara Kepulauan Pasifik.
Kedutaan Besar China di Fiji kemudian menyampaikan salam tulusnya kepada Rabuka dan berdoa agar dia cepat sembuh.
Juru bicara kementerian luar negeri China Mao Ning pada hari Rabu juga menanggapi pengumuman pemimpin Fiji tersebut.
Fiji, yang merupakan negara pulau Pasifik pertama yang menjalin hubungan diplomatik dengan Beijing, masih menjadi pilihan utama kepemimpinan China karena militernya yang kuat dan ekonomi yang mengungguli tetangganya.