Amerika Serikat Krisis Amunisi, Pentagon Kelimpungan Penuhi Permintaan Ukraina Buat Perangi Rusia
Kekurangan bahan baku telah membuat Amerika Serikat kelimpungan mengisi kembali gudang senjatanya saat konflik Ukraina berlarut-larut lawan Rusia
Penulis: Hasiolan Eko P Gultom
Amerika Serikat Krisis Amunisi, Pentagon Kelimpungan Penuhi Permintaan Ukraina Buat Perangi Rusia
TRIBUNNEWS.COM - Departemen Pertahanan Amerika Serikat dilaporkan mengalami kesulitan memenuhi permintaan persenjataan dari Ukraina.
Laporan Washington Post pada Sabtu (19/8/2023) menulis soal peringatan bahwa kegagalan mempertahankan tingkat produksi persenjataan saat ini justru dapat membahayakan keamanan Amerika sendiri.
Laporan tersebut menyebut Kontraktor militer AS dituntut segera melipatgandakan tingkat produksi peluru artileri standar NATO yang tercatat sebelum fase konflik Rusia-Ukraina saat ini.
Baca juga: Jet Bomber Supersonic Tu-22M3 Meledak, Intelijen Inggris: Ukraina Menyerang dari Dalam Wilayah Rusia
Namun, bahkan saat mampu menghasilkan 28.000 peluru per bulan, jumlah itu disebut tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan perang Ukraina.
"Rasa lapar Ukraina yang luar biasa akan amunisi artileri belum cukup dipenuhi oleh jumlah produksi saat ini, apalagi menopang cadangan yang habis di dalam negeri," tulis Washington Post dikutip Russia Today.
Kekurangan bahan baku – terutama bahan peledak TNT, yang tidak lagi diproduksi AS – menghambat upaya Pentagon untuk mengisi kembali persenjataannya sendiri.
Gudang senjata AS sepertinya sangat terkuras oleh dukungannya untuk Ukraina.
Washington saat ini memperoleh sebagian besar TNT-nya dari Polandia tetapi sedang mencari pemasok baru, termasuk di Jepang, setelah kehilangan mitra produksi Zarya ketika wilayah tempat pabrik itu berada memilih untuk menjadi bagian dari Rusia dalam referendum tahun lalu.
Pasokan propelan yang terbatas (digunakan untuk memindahkan peluru artileri melalui laras senapan) juga menghambat kemampuan produksi kontraktor pertahanan.
Produsen propelan asal Ceko, Explosia, melalui juru bicaranya Martin Vencl mengatakan kepada Washington Post, bahan baku yang dibutuhkan untuk membuat propelan, termasuk nitrogliserin dan nitroselulosa, tidak banyak tersedia.
"Bukan cuma soal suplai pasokan bahan baku, AS juga terkendala birokrasi. Hingga saat ini hanya 40,8 persen dari kontrak produksi amunisi dan persenjataan terkait Ukraina senilai $44,5 miliar yang telah diselesaikan Pentagon," menurut Washington Post.
Seorang pakar industri dari Pusat Studi Strategis dan Internasional membela angka tersebut sebagai kinerja yang lebih baik dari biasanya, karena penyelesaian kontrak pertahanan utama biasanya memakan waktu selama 16 bulan.
Seorang pejabat Pentagon yang tidak disebutkan namanya menyarankan bahwa solusi untuk menghindari kekurangan di masa depan adalah dengan mempertahankan "permintaan tinggi yang konsisten" untuk stok amunisi Amerika sendiri.
"Pentagon harus "terus melakukan pengadaan pada tingkat itu dalam jangka waktu yang lebih lama sehingga kami tidak hanya memiliki stok yang sehat, tetapi juga basis produksi dan industri yang sehat yang dapat memenuhinya," kata orang tersebut kepada Washington Post.
Pentagon berharap untuk meningkatkan produksi menjadi 1 juta peluru per tahun pada musim gugur 2025.
“Salah satu pelajaran dari pengalaman Ukraina adalah kita perlu kembali dan meninjau kembali standar minimum tersebut [untuk persediaan amunisi]. Dan kami mungkin telah meremehkan,” kata Sekretaris Angkatan Darat Christine Wormuth kepada wartawan bulan lalu.
Presiden AS Joe Biden meminta $20,6 miliar lagi untuk bantuan ke Ukraina dari Kongres minggu lalu, bahkan ketika para pejabat mulai diam-diam mengakui bahwa serangan balasan Kiev telah gagal.
"Counter-Offensive yang banyak digembar-gemborkan, yang telah merebut kembali hanya segelintir desa sejak Juni, telah menelan biaya 43.000 tentara Ukraina dan hampir 5.000 peralatan," tulis Russia Today mengutip Kementerian Pertahanan Rusia.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.