Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Ratusan Anak di Sudan Mati Kelaparan Akibat Konflik Militer

Save the Children mengatakan setidaknya 498 anak-anak di Sudan, termasuk lebih dari 20 bayi di panti asuhan negara itu, meninggal karena kelaparan.

Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Wahyu Aji
zoom-in Ratusan Anak di Sudan Mati Kelaparan Akibat Konflik Militer
AFP/-
ILUSTRASI Orang-orang menyeberang jalan di Khartoum di tengah pertempuran berkelanjutan antara pasukan dua jenderal yang bersaing, pada 18 Mei 2023. Sekitar 1.000 orang tewas, terutama di dalam dan sekitar Khartoum serta di wilayah barat Darfur yang telah lama bermasalah. Lebih dari satu juta lainnya telah tumbang akibat pertempuran antara panglima militer Abdel Fattah al-Burhan dan mantan wakilnya Mohamed Hamdan Daglo, yang memimpin Pasukan Dukungan Cepat paramiliter (RSF). (Photo by AFP) 

Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari

TRIBUNNEWS.COM, KHARTOUM - Save the Children mengatakan setidaknya 498 anak-anak di Sudan, termasuk lebih dari 20 bayi di panti asuhan negara itu, meninggal karena kelaparan.

Hal itu karena mereka kekurangan makanan yang disebabkan oleh pertempuran yang terjadi antara pasukan negara dan pasukan paramiliter yang bersaing.

"Kami tidak pernah menyangka akan melihat anak-anak meninggal karena kelaparan dalam jumlah sebanyak itu, namun hal ini kini menjadi kenyataan di Sudan," kata Direktur Save the Children di Sudan, Arif Noor dalam pernyataan pada Selasa lalu.

Dikutip dari laman Russia Today, Kamis (24/8/2023), organisasi tersebut melaporkan bahwa sejak konflik pecah di Khartoum pada pertengahan April lalu, 57 pusat nutrisinya telah ditutup.

Ini tentu menyebabkan 31.000 anak tidak mendapatkan perawatan karena kekurangan gizi dan penyakit terkait di seluruh negeri.

Staf di 108 fasilitas fungsional yang tersisa pun 'hanya memiliki sedikit pilihan tentang cara merawat' anak-anak yang sakit parah karena persediaan makanan terapeutik 'sangat sedikit' dan cadangan darurat digunakan dalam 'kasus-kasus paling ekstrem.

Berita Rekomendasi

Pecahnya konflik pada 15 April lalu antara Angkatan Bersenjata Sudan (SAF) dan Pasukan Dukungan Cepat (RSF) paramiliter telah menewaskan sekitar 4.000 orang.

Badan migrasi Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) mengatakan pada awal bulan ini bahwa sekitar 3,9 juta orang telah mengungsi l, baik di dalam maupun di luar negara Afrika tersebut.

Pada Juni lalu, Dana Anak-anak Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNICEF) dan Komite Palang Merah Internasional (ICRC) mengumumkan operasi gabungan, di mana ratusan anak-anak dan pengasuh dievakuasi dari Panti Asuhan Mygoma di ibu kota Sudan, Khartoum, ke 'lokasi yang lebih aman'.

Langkah ini dilakukan setelah petugas medis setempat dan organisasi relawan yang mendukung fasilitas yang dikelola negara mengatakan bahwa anak-anak tersebut meninggal karena kekurangan gizi parah dan dehidrasi.

UNICEF mengatakan pada saat itu bahwa lebih dari 13,6 juta anak masih berisiko dan sangat membutuhkan bantuan untuk dapat menyelamatkan nyawa.

Sementara itu Save the Children menyampaikan pada Selasa lalu bahwa setidaknya 50 anak meninggal karena kelaparan di sebuah panti asuhan negara di Khartoum 'setelah pertempuran menghalangi staf untuk mengakses gedung demi merawat anak-anak ini'.

Setidaknya 132 kematian anak terkait gizi buruk tercatat di provinsi Gedaref bagian timur, sementara 316 anak, sebagian besar berusia di bawah lima tahun meninggal di provinsi Nil Putih bagian selatan.

Baca juga: 5 WNI Kembali Berhasil Dievakuasi dari Zona Perang di Sudan

"Penjarahan gudang PBB, pembakaran pabrik makanan terapeutik dan kurangnya dana, telah memberikan tekanan yang signifikan pada pasokan produk nutrisi terapeutik di seluruh negeri," tegas Noor.

Sumber

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas