Fakta-fakta Kudeta Militer di Gabon, Pemicu hingga Sosok Presiden Ali Bongo
Terjadi kudeta militer di Gabon, Afrika Tengah. Ini hal-hal yang perlu diketahui, dari penyebab kudeta hingga sosok presidennya.
Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Wahyu Gilang Putranto
TRIBUNNEWS.COM - Militer di Gabon telah merebut kekuasaan dan menjadikan Presiden Ali Bongo Ondimba (64), sebagai tahanan rumah.
Kudeta oleh militer terjadi pada Rabu (30/8/2023), tak lama setelah hasil pemilu diumumkan.
Hasil pemilu menyatakan bahwa Bongo terpilih kembali sebagai presiden meskipun ada keluhan dari pihak oposisi mengenai adanya kecurangan.
Presiden Bongo pertama kali terpilih pada tahun 2009 setelah kematian ayahnya, Omar Bongo Ondimba, yang telah memerintah negara tersebut selama 41 tahun.
Gabon adalah negara bekas jajahan Prancis di Afrika, yang mengalami kudeta dalam beberapa tahun terakhir setelah Mali, Burkina Faso, Guinea, dan yang terbaru Niger.
Mengutip BBC.com, ini hal-hal yang perlu diketahui mengenai kudeta di Gabon.
Baca juga: Kudeta Gabon: Presiden Terpilih Ali Bongo Jadi Tahanan Rumah
Letak Gabon
Gabon terletak di pantai barat Afrika Tengah dan terkenal dengan sumber daya alamnya yang kaya, khususnya minyak dan coklat.
Gabon merupakan salah satu negara dengan pendapatan tahunan rata-rata per kepala tertinggi di Afrika, hampir $9.000 pada tahun 2022, menurut Bank Dunia.
Namun, lebih dari sepertiga penduduknya dikatakan hidup dalam kemiskinan.
Gabon, negara yang luasnya kira-kira sama dengan Inggris, hanya dihuni oleh 2,4 juta orang dan 90 persen negaranya ditutupi oleh hutan.
Di bawah kepemimpinan Bongo, negara ini menjadi negara Afrika pertama yang menerima pembayaran atas pengurangan emisi karbon dengan melindungi hutan hujannya.
Inisiatif Hutan Afrika Tengah (Cafi) yang didukung PBB menyumbangkan lebih dari $17 juta, bagian pertama dari kesepakatan senilai $150 juta yang dicapai pada tahun 2019.
Gabon merupakan koloni Perancis hingga tahun 1960 dan hanya memiliki tiga presiden sejak saat itu.
Di bawah presiden keduanya, Omar Bongo, negara ini memiliki hubungan yang sangat dekat dengan Perancis di bawah sistem yang dikenal sebagai "Francafrique".
Dengan sistem Francafrique, pemerintah Gabon akan menerima dukungan politik dan militer sebagai imbalan atas bantuan bisnis.
Baca juga: Kudeta Militer di Gabon, Tentara Jadikan Presiden Tahanan Rumah, Warga Nyanyikan Lagu Kebangsaan
Namun hubungan kedua negara mendingin setelah putra Omar, Ali, memenangkan pemilu pada tahun 2009.
Pihak berwenang Prancis meluncurkan penyelidikan korupsi jangka panjang terhadap aset keluarga Bongo, meskipun penyelidikan ini kemudian dihentikan.
Penyebab atau Pemicu Terjadinya Kudeta
Para pemimpin kudeta tidak setuju dengan hasil resmi pemilu saat ini, yang menyatakan bahwa Bongo menang dengan sekitar dua pertiga suara.
Pada hari Selasa, pihak oposisi mengatakan kandidat mereka, Albert Ondo Ossa adalah pemenang sah.
Oposisi juga mengatakan telah terjadi kecurangan yang meluas.
Para perwira militer mengatakan mereka telah memutuskan untuk mempertahankan perdamaian dengan mengakhiri rezim saat ini dan menambahkan bahwa pemilu tersebut tidak memenuhi persyaratan untuk pemungutan suara yang transparan, kredibel dan inklusif yang sangat diharapkan oleh rakyat Gabon.
Setelah pengumuman tersebut, ratusan orang turun ke jalan untuk menyambut kudeta tersebut.
Sosok Ali Bongo
Ali Bongo dikenal sebagai karakter yang sangat berwarna - dia adalah seorang freemason terkemuka, penggemar berat sepak bola dan juga merilis album musik funk pada tahun 1970an - jauh sebelum dia menjadi presiden.
Baca juga: Presiden Gabon Minta Pendukungnya untuk Membuat Keributan setelah Dikudeta
Ia dilahirkan sebagai Alain Bernard Bongo di negara tetangga Kongo-Brazzaville pada bulan Februari 1959.
Dia masih duduk di bangku sekolah dasar ketika ayahnya, Omar Bongo, mengambil alih Gabon pada tahun 1967.
Pada tahun 1973, keduanya masuk Islam dan Alain berganti nama menjadi Ali.
Ali dibesarkan untuk mewarisi kekuasaan dan pernah menjabat sebagai menteri pertahanan dan luar negeri sebelum akhirnya menjadi presiden setelah ayahnya meninggal.
Pada tahun 2018, Ali Bongo menderita stroke yang membuatnya absen selama hampir satu tahun dan membuatnya diminta untuk minggir.
Tapi dia mengabaikan desakan itu dan mencalonkan diri untuk dipilih kembali, sebuah keputusan yang menyebabkan krisis saat ini.
Kaitannya dengan Kudeta di Negara Lain di Afrika
Meskipun tampaknya ada tren di Afrika yang berbahasa Perancis mengenai kudeta, tidak ada hubungan kudeta Gabon dengan kudeta di negara-negara lain di Afrika.
Pengambilalihan militer di Burkina Faso, Mali dan baru-baru ini Niger, sebagian dipicu oleh pemberontakan kelompok Islam yang berkecamuk di wilayah Sahel, lebih dari seribu mil ke arah utara.
Di Gabon, pihak militer mengatakan mereka melakukan intervensi karena adanya kecurangan pemilu dan presiden yang terlalu lama berkuasa.
Namun, melihat militer merebut kekuasaan di negara lain mungkin telah mendorong tentara di Gabon untuk melakukan hal yang sama.
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)