Kisah Nyata Pemagang Jepang Dapat Makian Kasar dari CEO Jepang
Pemerintah Jepang mulai membuka kenyataan saat ini. Tidak sedikit pemagang asing di Jepang yang mendapat perlakuan tidak benar di perusahaan Jepang.
Editor: Johnson Simanjuntak
Entah apa yang terjadi, selama 2 minggu kami merasa nyaman kerja, "Tidak ada anak yang masih kenshu ikut lembur, dan dijanjikan perusahaan, lemburan kami yang sudah jisshu akan dibayar sesuai jam kerja.
Tapi hal itu ternyata berlaku cuma 2 minggu saja. Nyatanya riida (leader) kami di lapangan ternyata tidak mengikuti peraturan yang ada, tetap saja polanya begitu tidak berubah.
"Yang biasanya saya kerja dengan riida lainnya dan anak shaco (CEO) akhirnya saya di oper kerja dengan shacou yang terkenal kibishi (keras)."
"Selama itu ya saya sering di maki-maki sacho (CEO) tersbeut dengan bahasa kasar dialek Kumamoto. Padahal kadang tidak mengerti kesalahan saya apa."
Kejadian itu sekitar bulan Februari 2007.
"Saya sering dicari kesalahan. Lalu di awal bulan Juli saya di jemput IMM untuk di pulangkan ke indonesia, dengan negosiasi entah bagaimana tetap saya akan dipulangkan hari itu juga."
"Saat itu saya minta bantuan seseorang di Tokyo untuk penjelasan status saya kenapa dipulangkan."
"Tetapi tetap saja dari IMM harus pulang. Katanya saya di perusahaan jadi provokator, dan membahayakan bagi kohaitachi (yunior) bahkan membahayakan status perusahaan."
Dari siang hingga malam negosiasi tidak dapat dilakukan. Jam sudah pukul 10 malam karena dari kota kecil pinggiran Kumamoto menuju Fukuoka makan waktu.
"Akhirnya saya di bawa ke ryoukan (tempat penginapan) milik perusahaan untuk di inapkan di ryoukan tersebut menunggu pagi esok untuk berangkat ke bandara Fukuoka."
"Karena niat di Jepang saya belum berhasil, akhirnya malam itu juga saya kabur, dari ryoukan menuju stasiun Kumamoto."
Esok paginya naik densha (lereta api) menuju stasiun Fukuoka . Sampai Fukuoka naik Shinkansen menuju Tokyo, "Dan saya kabur serta bekerja di peternakan ayam. Tapi akhirnya kerja ke Anjo - Aichiken."
"Saya pulang lapor ke imigrasi Nagoya bulan Februari 2009."
"Bulan Agustus 2016 kembali ke Jepang rencana mau ryouko (jalan-jalan) saja di ongkosin kawan yang sudah menikah dengan orang Jepang."