Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Kisah Nyata Pemagang Jepang Dapat Makian Kasar dari CEO Jepang

Pemerintah Jepang mulai membuka kenyataan saat ini.  Tidak sedikit pemagang asing di Jepang yang mendapat perlakuan tidak benar di perusahaan Jepang.

Editor: Johnson Simanjuntak
zoom-in Kisah Nyata Pemagang Jepang Dapat Makian Kasar dari CEO Jepang
Ist
Farid Wajdi kelahiran Medan 23 Juni 1981 berada di dekat stasiun Umeda Osaka tanggal 3 Januari 2007 

Entah apa yang terjadi, selama 2 minggu kami merasa nyaman kerja, "Tidak ada anak yang masih kenshu ikut lembur, dan dijanjikan perusahaan, lemburan kami yang sudah jisshu akan dibayar sesuai jam kerja.

Tapi hal itu ternyata berlaku cuma 2 minggu saja. Nyatanya riida (leader) kami di lapangan ternyata tidak mengikuti peraturan yang ada, tetap saja polanya begitu tidak berubah.

"Yang biasanya saya kerja dengan  riida lainnya dan anak shaco (CEO) akhirnya saya  di oper kerja dengan  shacou yang terkenal kibishi (keras)."

"Selama itu ya saya sering di maki-maki  sacho (CEO) tersbeut dengan  bahasa kasar dialek Kumamoto. Padahal kadang tidak mengerti kesalahan saya apa."

Kejadian itu sekitar bulan Februari   2007.

"Saya sering dicari kesalahan. Lalu di awal bulan Juli  saya di jemput IMM  untuk di pulangkan ke indonesia, dengan negosiasi entah bagaimana tetap saya akan dipulangkan hari itu juga."

"Saat itu saya minta bantuan seseorang di Tokyo untuk penjelasan status saya kenapa   dipulangkan."

Berita Rekomendasi

"Tetapi tetap saja dari  IMM    harus pulang. Katanya saya  di perusahaan jadi provokator, dan membahayakan bagi kohaitachi (yunior) bahkan membahayakan status perusahaan."

Dari siang hingga malam negosiasi tidak dapat  dilakukan. Jam sudah pukul 10 malam karena dari kota kecil pinggiran Kumamoto menuju Fukuoka makan waktu.

"Akhirnya saya di bawa ke ryoukan (tempat penginapan) milik perusahaan untuk di inapkan di ryoukan tersebut menunggu pagi esok untuk berangkat ke bandara Fukuoka."

"Karena niat di Jepang saya  belum berhasil, akhirnya malam itu juga saya  kabur, dari ryoukan menuju stasiun Kumamoto."

Esok paginya     naik densha (lereta api) menuju stasiun Fukuoka . Sampai Fukuoka   naik Shinkansen  menuju Tokyo, "Dan saya kabur serta bekerja  di peternakan ayam. Tapi akhirnya kerja ke Anjo - Aichiken."

"Saya pulang lapor ke imigrasi Nagoya bulan Februari  2009."

"Bulan  Agustus 2016   kembali ke Jepang rencana mau ryouko  (jalan-jalan) saja di ongkosin kawan yang sudah menikah dengan orang Jepang."

Halaman
123
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas