Serangan Balasan Ukraina Masuk Bulan ke-19, Rusia Sudah Rekrut 280 Ribu Tentara Sejak Awal Tahun
Moskow malah mengumumkan pemanggilan sebagian wajib militer untuk mengisi kekurangan personel di garis depan pertempuran dengan Ukraina.
Penulis: Hasiolan Eko P Gultom
Serangan Balasan Ukraina Masuk Bulan ke-19, Rusia Sudah Rekrut 280 Ribu Tentara Sejak Awal Tahun
TRIBUNNEWS.COM - Mantan presiden Rusia yang kini menjabat Ketua Dewan Keamanan Rusia, Dmitry Medvedev mengatakan, militer negaranya telah merekrut sekitar 280.000 orang menjadi prajurit sejak awal tahun ini.
Rusia memang belum mengumumkan ada lagi mobilisasi perekrutran sipil menjadi tentara.
Langkah ini dianggap sebagai tindakan yang tidak populer menjelang pemilihan presiden Rusia, tahun depan.
Baca juga: Putin Tak Gertak Sambal, Rusia Aktifkan Mode Tempur Rudal Sarmat RS-23: Satan 2 Gerbang Era Nuklir?
Namun, Vladimir Putin tampaknya secara aktif mendorong upaya menarik lebih banyak wargan negara menjadi militer ketika serangan Ukraina memasuki bulan ke-19.
“Menurut data Kementerian Pertahanan, 280.000 orang telah bergabung dengan tentara Rusia berdasarkan kontrak mulai 1 Januari,” kata Medvedev, menurut kantor berita TASS, Minggu (3/9/2023).
“Sebagian dari mereka berada di cadangan, sebagian lagi adalah sukarelawan dan kategori lainnya,” tambahnya, saat berkunjung ke Pulau Sakhalin di Rusia Timur Jauh.
Pada awal Agustus, Medvedev mengatakan tentara telah merekrut sekitar 230.000 orang sejak awal tahun ini.
AFP tidak dapat memverifikasi angka-angka ini secara independen.
Sejak musim semi, militer Rusia telah melakukan publisitas besar-besaran untuk merekrut sukarelawan, lewat cara pemasangan iklan massal secara online dan di jalan-jalan Rusia.
Mereka juga berupaya menarik tentara dengan menjanjikan gaji yang lebih tinggi.
Pada bulan September tahun lalu, Kremlin mengingkari janjinya untuk tidak mengumumkan pemanggilan wajib militer.
Moskow malah mengumumkan pemanggilan sebagian wajib militer untuk mengisi kekurangan personel di garis depan pertempuran dengan Ukraina.
Saat itu, Rusia sukses merekrut sebanyak 300.000 orang.
Namun pengumuman tersebut juga memicu gelombang emigrasi lain dari Rusia.
Ratusan ribu wargan Rusia diyakini telah melarikan diri ke luar negeri.
Medvedev, yang memimpin Rusia dari tahun 2008 hingga 2012, telah menjadi salah satu tokoh paling keras di Moskow dalam mendukung Vladimir Putin untuk berperang melawan Ukraina.