Pemimpin Korut Kim Jong Un Temui Vladimir Putin di Vladivostok, Apa yang Mereka Bicarakan?
Dia mengatakan bahwa perundingan akan diadakan dengan kehadiran delegasi Rusia dan Korea Utara dan dalam format satu lawan satu.
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM -- Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un akhirnya telah sampai di Rusia setelah berjam-jam menumpang kereta lapis baja untuk menghadiri undangan Presiden Vladimir Putin.
Hal ini diungkapkan oleh Sekretaris Pers Kremlin Dmitry Peskov mengkonfirmasi pada Selasa dini hari.
Kereta Kim menuju utara sepanjang pantai setelah berhenti di stasiun kereta Khasan di perbatasan Korea Utara-Rusia.
Baca juga: Update Perang Rusia-Ukraina Hari ke-566: Kim Jong Un dalam Perjalanan Temui Vladimir Putin
Media Rusia Ria Novosti menyebutkan, kereta Kim Jong Un tersebut menyeberangi Sungai Razdolnaya, tak jauh dari Vladivostok.
Sementara Vladimir Putin tiba di Vladivostok pada hari Senin dalam kunjungan dua hari untuk menghadiri Forum Ekonomi Timur.
Mengomentari agenda KTT Rusia-Korea Utara, Peskov tidak merinci di Timur Jauh mana perundingan tersebut akan berlangsung.
Dia mengatakan bahwa perundingan akan diadakan dengan kehadiran delegasi Rusia dan Korea Utara dan dalam format satu lawan satu.
Dia menambahkan bahwa akan ada jamuan makan resmi untuk menghormati Kim, namun tidak ada konferensi pers yang direncanakan.
Pembicaraan mendatang akan fokus pada sejumlah “masalah sensitif” serta kerja sama ekonomi dan budaya bilateral, dan situasi keseluruhan di kawasan tersebut, kata juru bicara Kremlin.
Awal bulan ini, New York Times melaporkan, mengutip para pejabat Barat, bahwa Kim ingin membahas kerja sama militer lebih lanjut dengan mitranya dari Rusia.
Selain itu, Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Andrey Rudenko tidak menutup kemungkinan Putin dan Kim juga akan membahas masalah bantuan kemanusiaan Rusia ke Korea Utara.
Baca juga: Kim Jong Un Bakal Lakukan Pertemuan dengan Putin di Rusia
Pertemuan terakhir antara Putin dan Kim terjadi di Vladivostok pada tahun 2019. Saat itu, pembicaraan terfokus pada denuklirisasi, situasi Semenanjung Korea, dan sejumlah masalah bilateral.
Kunjungan pemimpin Korea Utara ke Rusia terjadi di tengah meningkatnya ketegangan di Semenanjung Korea, yang ditandai dengan berulangnya peluncuran rudal oleh Pyongyang serta latihan militer yang melibatkan pasukan Korea Selatan dan AS.
Kunjungan Kim ini menyusul kunjungan mendadak Menteri Pertahanan Rusia Sergey Shoigu ke Pyongyang pada bulan Juli, di mana ia dan Kim menghadiri parade militer yang menandai peringatan 70 tahun berakhirnya Perang Korea. Kepala pertahanan Rusia juga menyarankan diadakannya latihan militer gabungan pada saat itu.
Sementara itu, pada hari Senin, Kementerian Luar Negeri Rusia memperingatkan akan adanya krisis keamanan di Semenanjung Korea, mengutip meningkatnya ketegangan dan retorika permusuhan antara Korea Utara di satu sisi dan Amerika Serikat, Korea Selatan, Jepang, dan sekutu mereka di sisi lain.
Dalam beberapa minggu terakhir, kawasan ini juga menjadi tempat terjadinya serangkaian peluncuran rudal Korea Utara dan latihan militer signifikan AS-Korea Selatan.
Media Korea Utara melaporkan kereta yang ditumpangi Kim Jong Un berangkat dari Pyongyang menuju Moskow melalui perbatasan timur laut Korea Utara.
Negara-negara Barat pun was-was bila Kim Jong Un sepakat memasok senjata ke Rusia untuk digunakan dalam perang Ukraina, dikutip The Guardian.
Juru Bicara Kremlin, Dmitry Peskov mengaku Putin menjadi tuan rumah jamuan makan siang kenegaraan untuk Kim Jong Un.
Peskov menjelaskan, Kim Jong Un dan Vladimir Putin akan membahas soal hubungan bilateral.
“Kami berupaya membangun hubungan baik dan saling menguntungkan dengan Korea Utara," kata Juru Bicara Kremlin, Dmitry Peskov.
Sementara itu, laporan kantor berita Korea Utara, KCNA, hanya mengatakan bahwa kedua pemimpin akan bertemu dan berbincang, tetapi tidak menjelaskan lebih lanjut.
Rusia Butuh Senjata Korut
Perjalanan tersebut menandai kunjungan pertama Kim ke luar negeri dalam lebih dari empat tahun dan yang pertama sejak pandemi Covid-19.
Gedung Putih mengatakan pekan lalu bahwa mereka memiliki informasi intelijen yang menunjukkan Rusia ingin membeli peluru artileri tambahan dari Korea Utara untuk menopang basis industri pertahanannya.
Penasihat Keamanan Nasional AS, Jake Sullivan, mengatakan kepada wartawan bahwa Korea Utara “akan menanggung akibatnya” karena memasok senjata ke Rusia untuk digunakan di Ukraina.
Korea Utara sebelumnya dituduh oleh AS menjual peluru artileri kepada kelompok tentara bayaran Rusia, Wagner, lapor Yonhap.
AS, Inggris, Korea Selatan dan Jepang mengatakan kesepakatan senjata apa pun antara Korea Utara dan Rusia akan melanggar resolusi dewan keamanan PBB.