Vladimir Putin: AS Gunakan Munisi Tandan Pakai Tangan Ukraina, Kok Bukan Kejahatan Perang?
Bagi Putin, pada dasarnya AS sendiri yang menggunakan senjata tersebut di Ukraina. Pintarnya, menurut Putin, AS menggunakan pasukan Ukraina
Penulis: Hasiolan Eko P Gultom
Vladimir Putin: AS Kirim Munisi Tandan Buat Dipakai Perang Ukraina, Kok Bukan Kejahatan Perang?
TRIBUNNEWS.COM - Presiden Rusia, Vladimir Putin secara terbuka menuding Amerika Serikat (AS) juga sebagai pengguna persenjataan munisi tandan.
Penggunaan jenis amunisi yang kerap kali diistilahkan sebagai 'senjata pemusnah massal' karena daya sebarnya yang menghancurkan secara total, kerap disebut Amerika Serikat sebagai kejahatan perang.
Saat digunakan, munisi tandan ini lazimnya tidak pilih-pilih korban. Satu klaster, tak peduli itu sipil atau militer bakal disapu ledakan, menghasilkan korban jiwa yang banyak.
Baca juga: Belum Jadi Anggota, Ukraina Sudah Dapat Musuh dari Anggota NATO, Polandia Gerah Gandum Murah
Namun bagi Putin, pada dasarnya AS sendiri yang menggunakan senjata tersebut di Ukraina.
Pintarnya, menurut Putin, AS menggunakan pasukan Ukraina sebagai wakilnya dalam penggunaan munisi tandan tersebut.
Hal itu dilontarkan Presiden Rusia Vladimir Putin dalam pertemuan dengan timpalannya, Presiden Belarusia, Alexander Lukashenko.
Baca juga: Parlemen Uni Eropa: Presiden Belarusia Kaki Tangan Kejahatan Perang Rusia, Tangkap dan Penjarakan!
“Amerika Serikatlah yang menggunakan munisi tandan. Dalam hal ini, mereka hanya melakukannya dengan tangan Tentara Ukraina. Jadi pihak ini (AS) berpikir bahwa ini adalah kejahatan, namun membiarkan diri mereka melakukannya,” kata Putin.
“Inilah permasalahan utama dalam hubungan internasional. Dan inilah sebabnya sebagian besar peserta komunikasi internasional berjuang bersama-sama dengan kita untuk menciptakan dunia multipolar,” kata Putin menjelaskan proksi yang terjadi.
Selain itu, kata Putin, Rusia telah mencatat fakta kehadiran 'pihak' asing di medan perang dengan Ukraina.
Medan perang itu disebut Putin sebagai zona operasi khusus pasukan Rusia, istilah yang kerap dipakai Kremlin untuk menggantikan kata invasi.
'Pihak asing' itu, kata Putin, beberapa di antaranya ditangkap baru-baru ini.
“Kami mendeteksi tentara bayaran asing dan instruktur asing baik di medan perang maupun di unit tempat pelatihan dilakukan. Saya pikir, kemarin dan lusa seseorang ditangkap lagi,” kata Putin kepada wartawan.
Soal Operasi Militer Khusus Rusia
Vladimir Putin menjelaskan sebanyak 300.000 sukarelawan telah mendaftar untuk bergabung dalam operasi militer khusus Rusia.
“Saya katakan beberapa hari yang lalu bahwa orang-orang kami, tentara kami, telah menandatangani kontrak dengan angkatan bersenjata Rusia, (sebanyak) 270.000 (personel), tapi ini data yang sudah ketinggalan zaman. Pagi ini mereka melaporkan sekitar 300.000 kontrak yang ditandatangani oleh orang-orang yang, saya ingin tekankan , siap mengorbankan nyawa demi kepentingan tanah air, membela kepentingan Rusia,” ujarnya.
Mengomentari pernyataan tentang warga Korea Utara yang diduga sukarela berperang dalam operasi militer khusus tersebut, presiden menyebut pernyataan tersebut tidak masuk akal.
Vladimir Putin menambahkan bahwa Rusia tidak perlu mengirim orang asing untuk berperang dalam operasi tersebut.
Tentang Hubungan Rusia Dengan Korea Utara
Vladimir Putin juga menepis asumsi Barat yang menyebut negara yang berhubungan dengan Korea Utara adalah pelanggaran.
"Rusia tidak pernah melanggar apa pun dan tidak bermaksud melakukan hal tersebut, namun akan mengembangkan hubungan dengan Korea Utara dalam kerangka hukum internasional," tegas Presiden Vladimir Putin.
“Korea [Utara] adalah tetangga kita, kita harus membangun hubungan bertetangga yang baik dengan tetangga kita dengan cara apa pun. Ya, ada ciri-ciri tertentu yang terkait dengan semenanjung Korea, kami membahasnya, kami mendiskusikannya secara terbuka,"
"Kami tidak pernah melanggar apa pun dan dalam hal ini kami tidak akan melanggar apa pun, tapi tentu saja kami akan mencari peluang untuk pengembangan hubungan Rusia-Korea Utara,” kata Putin saat bertemu dengan Presiden Belarusia Alexander Lukashenko di Sochi.