Vladimir Putin akan ke China Temui Xi Jinping, Perjalanan Pertama sejak jadi Buronan ICC
Presiden Rusia Vladimir Putin diperkirakan akan melakukan perjalanan ke China pada bulan Oktober 2023 untuk bertemu dengan Presiden Xi Jinping.
Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: Nuryanti
TRIBUNNEWS.COM - Presiden Rusia Vladimir Putin diperkirakan akan melakukan perjalanan ke China pada bulan Oktober 2023.
Di Beijing, Putin akan bertemu dengan Presiden Tiongkok, Xi Jinping, lapor kantor berita Interfax.
Dilansir Al Jazeera, apabila Putin benar-benar ke China, itu akan menjadi perjalanan pertama Presiden Rusia ke luar negeri sejak ditetapkan sebagai buronan oleh Pengadilan Kriminal Internasional (ICC).
ICC telah mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Putin per Maret 2023 yang lalu.
Lebih jauh, Sekretaris Dewan Keamanan Rusia, Nikolai Patrushev, mengatakan Rusia ingin mengembangkan hubungan dengan Tiongkok.
“Rusia berkomitmen terhadap perkembangan progresif dan penguatan hubungan Rusia-Tiongkok,” kata Patrushev.
Ia menambahkan kedua negara memiliki “kemitraan komprehensif dan kerja sama strategis”.
Baca juga: Selain Bertukar Senapan dengan Vladimir Putin, Kim Jong Un Terima Hadiah Drone dari Pejabat Rusia
"Kami menantikan pembicaraan bilateral menyeluruh antara Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Tiongkok Xi Jinping pada bulan Oktober," kata Patrushev.
Pernyataan tersebut ia sampaikan pada pertemuan dengan diplomat tinggi TIongkok, Wangi di Moskow.
Sementara, diplomat China melakukan kunjungan ke Rusia setelah Presiden Korea Utara, Kim Jong Un bertemu Presiden Vladimir Putin.
Diplomat terkemuka China, Wang Yi bakal melakukan kunjungan ke Rusia untuk melakukan pembicaraan keamanan pada 18-21 September 2023.
Dikutip dari BBC, media Rusia menyebut kunjungan Wang Yi juga akan membuka jalan bagi Putin untuk melakukan perjalanan penting ke Beijing dalam waktu dekat.
Kementerian Luar Negeri China mengatakan, Wang berada di Rusia selama empat hari untuk "konsultasi keamanan strategis".
Selain itu, mereka juga bakal membahas perihal perluasan pasukan dan infrastruktur NATO di kawasan Asia-Pasifik.
"Wang Yi akan mengunjungi Rusia pada 18-21 September atas undangan Sekretaris Dewan Keamanan Rusia Nikolay Patrushev," kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok, Mao Ning, dikutip dari TASS.
Mao Ning menambahkan, Wang Yi akan mengambil bagian dalam konsultasi keamanan strategis Rusia-Tiongkok putaran ke-18.
Baca juga: Menlu China Qin Gang Sebulan Hilang dari Sorotan Publik, Posisinya Digantikan oleh Wang Yi
Vladimir Putin Bertemu Kim Jong Un
Tur Kim Jong Un ke Rusia dimulai sejak Selasa (12/9/2023).
Perjalanan ke Rusia ini merupakan kunjungan resmi pertama Kim Jong Un ke luar negeri sejak pandemi Covid-19.
Pertemuan Kim dengan Putin pun membuat Barat was-was.
Barat khawatir dengan kemungkinan bahwa Moskow dan Pyongyang akan menentang sanksi dan mencapai kesepakatan senjata.
Kremlin diyakini tertarik membeli amunisi Korea Utara untuk melanjutkan pertempuran di Ukraina.
Sementara Pyongyang menginginkan bantuan Rusia untuk mengembangkan program rudalnya yang dikutuk secara internasional.
Namun sejauh ini Kremlin mengatakan tidak ada perjanjian yang ditandatangani.
Vladimir Putin diketahui terakhir kali berkunjung ke luar negeri pada Desember 2022.
Kala itu, Putin pergi ke Belarus dan Kyrgyztan.
Baca juga: Taeyangho, Kereta Api Lapis Baja yang Dinaiki Kim Jong Un ke Rusia untuk Temui Putin
Korea Selatan memperingatkan Rusia terhadap kerja sama militer dengan Korea Utara
Menyusul pertemuan Kim dengan Putin, Kementerian Luar Negeri Korea Selatan mengatakan Rusia harus menghentikan upaya memperluas kerja sama militer dengan Pyongyang.
Menyikapi spekulasi kerja sama antara Rusia-Korea Utara, Wakil Menteri Luar Negeri Korea Selatan Chang Ho-jin memanggil Duta Besar Rusia di Seoul.
Seoul mendesak agar "Rusia segera menghentikan segala tindakan untuk memperluas kerja sama militer dengan Korea Utara", terang pernyataan Kementerian.
Korea Selatan juga meminta Moskow mematuhi Resolusi Dewan Keamanan (PBB).
Chang menambahkan Seoul akan berkoordinasi dengan komunitas internasional untuk menanggapi setiap tindakan yang mengancam keamanannya.
(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)