27 Orang Tewas dalam Pertempuran di Nagorno-Karabakh, Rusia Minta Agresi Dihentikan
Pertikaian terjadi beberapa jam usai Azerbaijan melaporkan empat petugas polisi dan 2 warga sipil tewas dalam ledakan ranjau darat di Nagorno-Karabakh
Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: Sri Juliati
TRIBUNNEWS.COM - Pertempuran baru di Nagorno-Karabakh meletus pada Selasa (19/9/2023).
Pertikaian terjadi beberapa jam setelah Azerbaijan melaporkan empat petugas polisi dan dua warga sipil tewas dalam ledakan ranjau darat di Nagorno-Karabakh.
Menurut pihak berwenang, serangan ranjau diotaki oleh kelompok separatis, dilansir Al Jazeera.
Menanggapi kiriman ranjau darat itu, pasukan Azerbaijan menggempur wilayah pegunungan Nagorno-Karabakh dengan artileri, jet, dan drone.
Otoritas separatis mengakui bahwa benteng mereka, Stepanekert, diserang.
Lebih dari 7.000 orang dievakuasi dari 16 desa di wilayah tersebut.
Ada 27 orang, termasuk dua warga sipil, tewas dan lebih dari 200 orang terluka akibat agresi itu.
Baca juga: Bentrok Azerbaijan Vs Armenia di Nagorno-Karabakh, Peran Rusia Dipertanyakan
Pejabat Azerbaijan di Ibu Kota Baku mengatakan, pertempuran akan terus berlanjut sampai kelompok separatis di Nagorno-Karabakh menyerah.
“Angkatan bersenjata ilegal Armenia harus mengibarkan bendera putih."
“Jika tidak, tindakan anti-teroris akan terus berlanjut hingga akhir," tegas Kepresidenan Azerbaijan.
Nagorno-Karabakh diakui secara internasional sebagai wilayah Azerbaijan, dikutip dari Reuters.
Sebagian wilayahnya dikuasai oleh otoritas separatis Armenia yang mengatakan bahwa wilayah tersebut adalah tanah leluhur mereka.
Kedua negara bekas Uni Soviet ini telah berperang dua kali memperebutkan wilayah pegunungan tersebut, pada tahun 1990-an dan pada tahun 2020.
Serangan terbaru ini menimbulkan kekhawatiran bahwa kerusuhan dapat mengganggu stabilitas kawasan.
Baca juga: Perang Kembali Terjadi di Wilayah Nagorno-Karabakh