Sergei Lavrov: AS Kobarkan Perang Hibrida Lawan Rusia, Ukraina Hanya Umpan
Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov mengatakan AS mengobarkan perang hibrida melawan Rusia. Ia menyebut Ukraina hanya umpan ternak.
Penulis: Yunita Rahmayanti
Editor: Daryono
TRIBUNNEWS.COM - Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov mengatakan Amerika Serikat (AS) dan sekutu NATO-nya “berperang secara langsung” dengan Rusia melalui Ukraina.
Sergei Lavrov menjawab pertanyaan seorang jurnalis, pada titik mana AS terlibat langsung dalam perang melawan Rusia, dibandingkan terlibat dalam perang proksi.
“Anda dapat menyebutnya apa pun yang Anda inginkan, tetapi mereka secara langsung berperang dengan kami. Kita bisa menyebut ini perang hibrida, tapi itu tidak mengubah kenyataan,” kata Lavrov, Sabtu (23/9/2023).
“Mereka secara efektif terlibat dalam permusuhan dengan kami, menggunakan Ukraina sebagai makanan ternak,” tambahnya.
Menteri luar negeri Rusia itu mengatakan AS, Inggris, dan banyak negara lainnya “berperang” melawan Rusia.
Perang hibrida adalah perang yang menggunakan strategi militer yang mencakup kombinasi ekonomi, sosial, informasi, diplomatik, perdagangan, ilmiah dan teknis, dan sebagainya.
Baca juga: Update Perang Rusia-Ukraina Hari ke-578: AS Beri Zelensky Sistem Rudal Taktis Militer Jarak Jauh
Menurutnya, AS dan negara-negara lain mengirimkan senjata dalam jumlah yang semakin besar ke Ukraina.
Sementara satelit militer dan pesawat intelijen dari negara-negara tersebut juga digunakan untuk melawan Rusia.
Rusia Sebut NATO Terlibat Perang Proksi
Baca juga: Menteri Luar Negeri Rusia Tolak Rencana Perdamaian Ukraina: Tidak Realistis
Sergei Lavrov sebelumnya mengatakan AS dan sekutu NATO-nya terlibat dalam perang proksi melawan Rusia.
Perang Proxy (Proxy War) adalah sebuah konfrontasi antar dua atau lebih kekuatan besar dengan menggunakan pemain pengganti untuk menghindari konfrontasi secara langsung.
"NATO, pada dasarnya, terlibat dalam perang dengan Rusia melalui proksi dan mempersenjatai proksi tersebut. Perang berarti perang," kata Sergei Lavrov, Selasa (26/4/2022) lalu, dikutip dari The Guardian.
Pernyataan itu mengomentari para menteri pertahanan NATO yang berkumpul di Jerman untuk melakukan pembicaraan yang diselenggarakan AS untuk mendukung "situasi kritis" di Ukraina pada April 2022.
Pemerintahan Rusia di Kremlin juga menuduh AS melakukan perang proksi melawan Rusia setelah AS meningkatkan dukungan militer untuk Ukraina pada Desember 2022.
Joe Biden berkomitmen untuk menyediakan peralatan militer senilai $1,8 miliar kepada Ukraina, termasuk sistem pertahanan rudal Patriot yang sangat dicari, setelah kunjungan Zelensky ke AS pada Desember 2022.
"Tidak ada seruan perdamaian atau tanda-tanda kesediaan untuk mendengarkan kekhawatiran Rusia, yang membuktikan AS berniat melakukan perang proksi dengan Rusia sampai Ukraina terakhir," kata juru bicara Rusia, Dmitry Peskov, Rabu (21/12/2022), dikutip dari Al Jazeera.
Lavrov: Ukraina dan PBB Ingkar Janji
Baca juga: Sevastopol Dikurung Rudal Ukraina, Eks-Perwira CIA Ingatkan AS Soal Pembalasan Rusia
Selain itu, Sergei Lavrov menyalahkan gagalnya kesepakatan gandum di Laut Hitam karena menurutnya Ukraina dan PBB mengingkari janji.
Dalam sambutannya setelah pidatonya di Majelis Umum PBB di New York, Sergei Lavrov mengatakan Rusia meninggalkan perjanjian penting tersebut karena menurutnya semua yang dijanjikan kepada Rusia hanyalah tipuan.
Ia juga mencap formula perdamaian Ukraina tidak realistis dan mengecam sekutu Barat Ukraina.
Sergei Lavrov dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky juga berpidato di Dewan Keamanan PBB pada Rabu (20/9/2023), tapi tidak benar-benar saling berhadapan.
Zelensky meninggalkan ruangan sebelum Lavrov masuk.
Sergei Lavrov juga tidak ikut serta dalam pidato Zelensky di Majelis Umum.
Namun menolak 10 poin rencana perdamaian presiden Ukraina karena dianggap “tidak layak” dan “tidak realistis” dalam konferensi pers setelah pidatonya, dikutip dari CNN Internasional.
“Aku punya urusan sendiri yang harus aku urus. Kami tahu apa yang akan dia katakan. Mengapa membuang-buang waktu?” kata Menlu Rusia itu, menjelaskan ketidakhadirannya.
Meskipun demikian, dia mengatakan telah menonton video pernyataan Presiden Ukraina.
(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)