Krimea Dirundung Rudal, Tempat Perlindungan Bom Cuma Buat 'Staf Berseragam', Warga Sipil Diusir
warga sipil Krimea ditolak masuk saat hendak berlindung ke tempat perlindungan bom waktu sirine peringatan serangan udara terjadi
Penulis: Hasiolan Eko P Gultom
Krimea Dirundung Rudal, Tempat Perlindungan Bom Cuma Buat 'Staf Berseragam', Warga Sipil Diusir
TRIBUNNEWS.COM - Sebuah insiden memicu polemik di Krimea, wilayah pendudukan Rusia yang belakangan menjadi target utama serangan rudal Ukraina.
Insiden itu terkait ditolaknya warga sipil Krimea saat hendak berlindung ke tempat perlindungan bom waktu sirine peringatan serangan udara terjadi Senin (25/9/2023) malam waktu setempat.
Pengusiran warga oleh 'staf berseragam itu' terekam dalam sebuah video yang kemudian viral di media sosial.
Baca juga: AS Diminta Tak Usah Sok Ngajarin Ukraina Perang Lawan Rusia, Standar Tempur NATO Cuma Propaganda
Video tersebut dilaporkan direkam oleh seorang wanita.
Rekaman video kemudian dibagikan oleh saluran berita Baza di Telegram.
Sang perekam mengatakan, beberapa keluarga dilarang memasuki tempat perlindungan bom yang terletak di dalam pusat komunitas di kota pelabuhan Sevastopol, Krimea.
Anak-anak dan orang dewasa terlihat berkerumun di luar pintu masuk gedung saat sirene udara terdengar menggelegar di kejauhan.
Dalam video tersebut, seorang pria yang memperkenalkan dirinya sebagai petugas keselamatan kebakaran mengatakan atasannya telah mengatakan kepadanya bahwa tempat perlindungan bom hanya untuk “staf”.
“Anda memiliki (tempat berlindung) di rumah Anda sendiri,” terdengar suara pria tersebut dalam video.
Memicu Polemik
Video tersebut memicu polemik dan kemarahan publik di sana.
Adapun direktur pusat komunitas tersebut, menurut Baza, justru menuduh wanita yang merekam video itu sengaja menciptakan kegaduhan setelah peringatan serangan udara berakhir.
Sebagai informasi, saluran berita Baza di Telegram diyakini memiliki hubungan dengan lembaga penegak hukum Rusia.
Gubernur Sevastopol Mikhail Razvozhayev secara terbuka menyatakan kemarahannya atas insiden tersebut, dengan mengatakan:
“Tidak boleh ada ‘kami’ dan ‘mereka’ selama serangan udara di kota.”
“Insiden yang terjadi sehari sebelumnya… merupakan kebodohan yang keterlaluan atau kedengkian yang disengaja. Kami akan menangani hal-hal ini dengan keras,” katanya.
Departemen Kebudayaan Sevastopol, yang mengawasi pusat komunitas tempat insiden itu terjadi, mengatakan pihaknya sedang melakukan penyelidikan internal.
Sistem pertahanan udara Rusia pada Senin malam menembak jatuh sebuah rudal di sekitar desa Belbek, lokasi dari Bandara Internasional Sevastopol yang menampung sebagian unit pertahanan udara dan penerbangan Rusia.
Sevastopol dan Krimea mengalami peningkatan jumlah serangan drone dan rudal sejak Ukraina melancarkan serangan balasannya awal musim panas ini.
(oln/tmt/*)