Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Aktivitas Militer Besar-besaran Terjadi di Eropa Selatan, Bak Invasi Rusia ke Ukraina Jilid II?

Ketegangan meningkat antara Serbia dan negara tetangga Kosovo setelah penembakan mematikan pada bulan September.

Penulis: Hasiolan Eko P Gultom
zoom-in Aktivitas Militer Besar-besaran Terjadi di Eropa Selatan, Bak Invasi Rusia ke Ukraina Jilid II?
AFP/-STR
Polisi anti huru hara Kosovo dan polisi militer KFOR (Misi Militer Internasional ke Kosovo), mengamankan pintu masuk ke gedung kota di Zvecan, Kosovo utara pada 29 Mei 2023, menyusul bentrokan dengan pengunjuk rasa Serbia yang menuntut pencopotan walikota Albania yang baru terpilih. Penjaga perdamaian yang dipimpin NATO pada Senin membubarkan pengunjuk rasa Serbia yang kembali bentrok dengan polisi di Kosovo utara untuk menuntut pencopotan walikota Albania yang baru terpilih, saat ketegangan etnis berkobar di negara Balkan itu. (Photo by -STR / AFP) 

Aktivitas Militer Besar-besaran Terjadi di Eropa Selatan, Invasi Rusia ke Ukraina Jilid II?

TRIBUNNEWS.COM - Peningkatan kekuatan dan aktivitas militer yang tidak biasa di Eropa selatan memicu kekhawatiran akan terjadinya invasi lain seperti serangan besar-besaran Rusia terhadap Ukraina.

Peningkatan kekuatan militer secara besar-besaran itu dilaporkan dilakukan tentara Serbia yang membuat para pejabat di negara tetangga mereka, Kosovo, cemas bukan kepalang.

Para pejabat Kosovo tersebut membandingkannya aktivitas militer Serbia dengan apa yang dilakukan pasukan Rusia sebelum invasi besar-besaran Moskow ke Ukraina.

Baca juga: Jor-joran Bantu Ukraina Lawan Rusia, Militer AS Panik Gudang Senjata Kosong Tapi Duit Terbatas

Adanya peningkatan aktivitas militer Serbia ini dilaporkan Amerika Serikat pekan lalu.

Washington menyebut, mereka telah mengamati “siklus mengkhawatirkan” berupa meningkatnya ketegangan dan kekerasan sporadis selama beberapa bulan terakhir antara kedua negara di Eropa selatan tersebut.

Serbia dan Kosovo diketahui telah lama berselisih dan mempunyai hubungan dingin selama bertahun-tahun yang berakar pada perpecahan etnis.

BERITA REKOMENDASI

Ketegangan meningkat pada akhir September lalu setelah orang-orang Serbia yang bersenjata lengkap melancarkan serangan mematikan di Kosovo utara.

Setelah insiden berdarah itu, para pejabat AS mengatakan mereka mengamati mobilisasi senjata Serbia yang belum pernah terjadi sebelumnya di sepanjang perbatasannya dengan Kosovo.

“Belum pernah ada konsentrasi pasukan seperti ini dalam beberapa tahun terakhir,” ujar Menteri Luar Negeri Kosovo, Donika Gervalla-Schwarz kepada media Jerman Deutschlandfunk pada Senin (2/10/2023) seperti dilansir Reuters.

“Persenjataan yang mereka miliki di sana, tank-tank – ini memberi kami firasat buruk karena kami tidak tahu bagaimana masyarakat internasional akan menanggapinya,” tambah Donika Gervalla-Schwarz.

Polisi anti huru hara Kosovo bersama dengan polisi militer KFOR (Misi Militer Internasional untuk Kosovo), mengamankan akses ke gedung kota di Zvecan ketika warga Serbia Kosovo berkumpul di luar gedung setelah polisi membantu melantik walikota etnis Albania setelah pemilihan yang kontroversial, pada 29 Mei 2023. Polisi menembakan gas air mata selama bentrokan dengan etnis Serbia memprotes untuk menuntut penarikan petugas penegak hukum dari Kosovo utara bersama dengan walikota etnis Albania baru. Etnis Serbia minoritas Kosovo memboikot pemilu bulan lalu di utara, memungkinkan etnis Albania untuk mengambil kendali dewan lokal meskipun jumlah pemilih kecil di bawah 3,5 persen. (Photo by AFP)
Polisi anti huru hara Kosovo bersama dengan polisi militer KFOR (Misi Militer Internasional untuk Kosovo), mengamankan akses ke gedung kota di Zvecan ketika warga Serbia Kosovo berkumpul di luar gedung setelah polisi membantu melantik walikota etnis Albania setelah pemilihan yang kontroversial, pada 29 Mei 2023. Polisi menembakan gas air mata selama bentrokan dengan etnis Serbia memprotes untuk menuntut penarikan petugas penegak hukum dari Kosovo utara bersama dengan walikota etnis Albania baru. Etnis Serbia minoritas Kosovo memboikot pemilu bulan lalu di utara, memungkinkan etnis Albania untuk mengambil kendali dewan lokal meskipun jumlah pemilih kecil di bawah 3,5 persen. (Photo by AFP) (AFP/-)

Mirip Aksi Rusia Sebelum Invasi Ukraina

Donika Gervalla-Schwarz menekankan kalau retorika dan “metode” Serbia mirip dengan apa yang dilakukan Rusia terhadap Ukraina.

Kemiripan terjadi khususnya soal peningkatan kekuatan di sepanjang perbatasan mereka pada bulan-bulan menjelang invasi besar-besaran Moskow terhadap tetangganya pada Februari 2022.

Presiden Rusia Vladimir Putin, yang merupakan sahabat pemimpin di Beograd, berulang kali meremehkan situasi dan eskalasi militer pada saat itu.

Rusia berulang kali membantah pihaknya berencana melakukan invasi.

Kini, Serbia juga melakukan hal yang sama, berulang kali menekankan tidak akan melakukan invasi ke Kosovo untuk mencoba meredakan ketakutan publik internasional, khususnya Kosovo.

Awal Konflik Serbia dan Kosovo, Perpecahan Etnis

Mayoritas penduduk Kosovo terdiri dari etnis Albania.

Banyak etnis Serbia – minoritas – tinggal di utara.

Setelah Yugoslavia pecah pada tahun 1990-an, Kosovo bergerak untuk mencari kemerdekaan dari Serbia.

Serbia menanggapinya dengan menindak penduduk Albania selama perang berdarah yang berlangsung dari tahun 1998 hingga 1999.

Saat itu, NATO akhirnya melakukan intervensi dengan aksi-aksi pengeboman yang mendorong pasukan Beograd keluar dari Kosovo.

Pada tahun 2008, Kosovo secara sepihak mendeklarasikan kemerdekaan dari Serbia, dan meskipun Serbia menolak mengakui langkah ini, hampir 100 negara lain – termasuk Amerika Serikat – telah melakukan hal yang sama.

Meskipun pertempuran aktif telah berhenti lebih dari dua dekade lalu, ketegangan antar negara masih berlanjut di Kosovo utara, meskipun ada upaya dari Barat untuk menormalisasi hubungan.

Tragedi September Berdarah

Pada tanggal 24 September 2023, orang-orang bersenjata Serbia membunuh seorang petugas polisi Kosovar dan menyerbu sebuah biara di Kosovo utara.

Serangan itu memicu baku tembak yang menyebabkan beberapa penyerang tewas.

Insiden tersebut, yang menandai salah satu eskalasi terburuk dalam beberapa tahun terakhir dan dikutuk oleh negara-negara Barat.

Insiden September berdarah ini lalu menimbulkan kekhawatiran bahwa situasi antara Beograd dan Pristina dapat memburuk secara serius dan memicu lebih banyak kekerasan.

NATO Turun Tangan (Lagi)

Setelah ketegangan meningkat, NATO mengumumkan rencana untuk meningkatkan jumlah misi penjaga perdamaian yang berbasis di Kosovo – yang dikenal sebagai Pasukan Kosovo, atau KFOR – dengan beberapa ratus tentara tambahan dari Inggris.

Adapun KFOR didirikan pada tahun 1999 tak lama setelah NATO mengakhiri aksi pengeboman selama berbulan-bulan di Serbia.

Pasukan KFOR dirancang untuk mencegah permusuhan terhadap Kosovo dan menjaga keamanan di wilayah tersebut, sesuai dengan mandatnya.

“Kami menyerukan semua pihak untuk segera melakukan deeskalasi,” kata Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg dalam sebuah pernyataan pada hari Jumat.

“Kami terus mendesak Beograd dan Pristina untuk terlibat dalam dialog yang difasilitasi UE, sebagai satu-satunya cara untuk menyelesaikan masalah yang belum terselesaikan dan mencapai solusi yang menghormati hak-hak semua komunitas. Ini adalah kunci untuk keamanan abadi di Kosovo dan stabilitas di kawasan," tambah Stoltenberg. 

AS Laporkan Aktivitas Militer Tak Biasa di Serbia

Sementara itu, pada Jumat pekan lalu, AS mempublikasikan pengamatannya terhadap pembangunan militer Serbia di sepanjang perbatasan dan menyatakan keprihatinan atas situasi tersebut.

“Kami memantau pengerahan militer Serbia dalam jumlah besar di sepanjang perbatasan dengan Kosovo yang mencakup pengerahan artileri canggih Serbia, tank, dan unit infanteri mekanis yang belum pernah terjadi sebelumnya. Kami yakin ini adalah perkembangan yang sangat mengganggu stabilitas,” Juru Bicara Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih John Kirby kepada wartawan.

AS kemudian menyerukan Beograd untuk menarik pasukannya.

Serbia lalu menanggapi seruan itu dengan mengumumkan pada Senin kalau mereka telah menarik kembali sekitar setengah pasukannya dari perbatasan.

Para pejabat Kosovar (nama lain Kosovo) mengatakan negara mereka masih dalam siaga tinggi.

Albin Kurti, perdana menteri Kosovo, menulis dalam sebuah postingan di X, platform media sosial yang secara resmi dikenal sebagai Twitter, bahwa pemerintah daerah telah memperoleh dokumentasi dan “mengonfirmasi” bahwa serangan mematikan pada bulan September “adalah bagian dari rencana yang lebih besar untuk mencaplok bagian utara Kosovo, Kosova.

Upaya pencaplokan itu dilakukan melalui serangan terkoordinasi pada 37 posisi berbeda.

Serbia juga dituding tengah tengah membangun koridor di wilayah tersebut, untuk memungkinkan pasokan senjata dan pasukan.

Pemimpin Serbia membantah terlibat dalam insiden ini.

(oln/*/BI/Reuters)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas