Populer Internasional: Remaja Diduga Dipukuli Polisi Moral Iran - Mantan Jurnalis Rusia Dipenjara
Rangkuman berita populer internasional, di antaranya remaja 16 tahun diduga dipukuli polisi Iran hingga koma.
Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Arif Fajar Nasucha
“Pemerintah AS mentransfer sekitar 1,1 juta peluru 7,62 mm ke angkatan bersenjata Ukraina pada hari Senin," kata Komando Pusat militer (CENTCOM) dalam sebuah pernyataan, Rabu (4/10/2023), dikutip dari Reuters.
"AS telah mendapatkan kepemilikan amunisi ini pada tanggal 20 Juli 2023, melalui Tuntutan penyitaan perdata Departemen Kehakiman," lanjutnya.
Kapal-kapal tersebut awalnya disita oleh pasukan angkatan laut AS pada Desember 2022 dan dipindahkan dari Garda Revolusi Iran ke pasukan Houthi di Yaman.
“AS berkomitmen untuk bekerja sama dengan sekutu dan mitra kami untuk melawan aliran bantuan mematikan Iran di kawasan dengan segala cara yang sah termasuk sanksi AS dan PBB dan melalui larangan,” tambahnya.
Amunisi itu sepertinya tidak akan membuat perbedaan besar di medan perang pada saat senjata jarak jauh.
4. Mantan Jurnalis TV Rusia Marina Ovsyannikova Dijatuhi Hukuman 8,5 Tahun Penjara
Baca juga: Lakukan Aksi Protes Perang saat Siaran Langsung di TV, Jurnalis Rusia Dijatuhi Hukuman 8,5 Tahun
Di awal invasi Rusia ke Ukraina yang diluncurkan pada Februari 2022 yang lalu, dunia dihebohkan dengan aksi protes seorang jurnalis TV pemerintah.
Jurnalis wanita bernama Marina Ovsyannikova mendadak menginterupsi siaran langsung dengan mengangkat plakat bertuliskan "stop war" dan "mereka berbohong kepada Anda", dilansir Al Jazeera.
Kabar terbaru, Marina Ovsyannikova telah dijatuhi hukuman 8,5 tahun penjara dalam persidangan In Absentian pada Rabu (4/10/
2023).
Untuk dicatat, persidangan In Absentian secara umum merupakan proses suatu persidangan yang tidak dihadiri oleh pihak terdakwa dalam perkara acara pidana.
Lebih lanjut, Ovsyannikova mengunggah pernyataan di Telegram menjelang putusan yang menyebut tuduhan itu "tidak masuk akal dan bermotif politik".
"Tentu saja saya tidak mengakui kesalahan saya," tulisnya.
"Saya tidak akan menarik kembali satu kata pun," tegasnya.
Berdasarkan unggahan pengadilan di Telegram, Marina Ovsyannikova dinyatakan bersalah karena menyebarkan informasi palsu yang disengaja tentang angkatan bersenjata Rusia.
(Tribunnews.com)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.