Korban Tewas Akibat Gempa Bumi di Afghanistan Kini Mencapai 2.445 Orang
Gempa bumi bermagnitudo 6,3 yang mengguncang Afghanistan pada Sabtu (7/10/2023) telah menewaskan lebih dari 2.400 orang.
Penulis: Mikael Dafit Adi Prasetyo
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Mikael Dafit Adi Prasetyo
TRIBUNNEWS.COM, KABUL – Gempa bumi bermagnitudo 6,3 yang mengguncang Afghanistan pada Sabtu (7/10/2023) telah menewaskan lebih dari 2.400 orang.
Juru bicara Kementerian Kebencanaan Afghanistan, Mullah Janan Sayeeq mengatakan korban tewas kini meningkat menjadi 2.445 orang. Namun ia merevisi jumlah korban luka menjadi lebih dari 2.000 orang. Sebelumnya, dia menyebutkan 9.240 orang terluka.
“1.320 rumah mengalami kerusakan atau hancur,” kata Sayeeq dalam sebuah pernyataan, Minggu (8/10/2023).
Baca juga: BREAKING NEWS: Korban Tewas Gempa Bumi di Afghanistan Lebih 2.000 Orang
Jumlah korban tewas melonjak dari 500 yang dilaporkan sebelumnya pada Minggu (8/10/2023) oleh Bulan Sabit Merah.
Sebelumnya, seorang pejabat dari Departemen Kesehatan Herat mengatakan lebih dari 200 orang yang tewas telah dibawa ke berbagai rumah sakit.
“Jenazah telah dibawa ke beberapa tempat, termasuk pangkalan militer dan rumah sakit,” ujar pejabat Departemen Kesehatan Herat.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), terdapat total 202 fasilitas kesehatan umum di provinsi Herat, salah satunya adalah rumah sakit regional besar yang menampung 500 korban jiwa
“Sebagian besar fasilitas tersebut merupakan pusat kesehatan dasar yang lebih kecil dan tantangan logistik menghambat operasi, khususnya di daerah terpencil,” kata WHO.
Sistem layanan kesehatan Afghanistan yang hampir seluruhnya bergantung pada bantuan asing kini dilanda krisis dalam dua tahun terakhir sejak Taliban mengambil alih kekuasaan dan banyak bantuan internasional yang menjadi tulang punggung perekonomian dihentikan.
Baca juga: 100 Orang Tewas usai Gempa Bumi 6,3 SR Guncang Afghanistan Barat, PBB: Kemungkinan Korban Bertambah
Para diplomat dan pejabat menyatakan kekhawatirannya atas pembatasan Taliban terhadap perempuan dan krisis kemanusiaan global yang membuat para donatur menarik kembali bantuan keuangannya.